Sobat, belakangan ini kamu merasa nggak sih, kalau kondisi panas matahari atau paparan sinar ultraviolet (UV) terasa lebih panas, terutama saat siang hari? Nah, baru-baru ini para pakar mengungkapkan jika paparan sinar UV saat ini dalam kondisi ekstrem.
Paparan sinar UV yang sedang dalam kondisi ekstrem tersebut akibat dari cuaca cerah berawan yang terjadi pada pagi hari hingga siang hari.
“Memang untuk lokasi yang kondisi umum cuacanya diperkirakan cerah-berawan pada pagi sampai dengan siang hari untuk beberapa hari ke depan dapat berpotensi menyebabkan indeks ultraviolet pada kategori ‘very high’ dan ‘extreme’ di siang hari,” jelas Koordinator Bidang Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Hary Tirto Djatmiko melalui keterangan resmi pada Rabu (12/4/2023).
Mengenai pemetaan indeks UV sendiri, BMKG menjelaskan hal itu ke dalam lima kategori warna, antara lain hijau (risiko bahaya rendah), kuning (risiko bahaya sedang/moderate), jingga (risiko bahaya tinggi), merah (risiko bahaya sangat tinggi), dan ungu (risiko baha ekstrem).
Adapun daerah di Indonesia yang diperkirakan akan mengalami indeks UV kategori ektrem, yaitu perairan di sekitar Papua, kepulauan di Raja Ampat, sebagian Maluku dan Maluku Utara terjadi pada pukul 09.00 WIT.
Separuh Sulawesi Tengah, Gorontalo, Sulawesi Utara, sebagian Sulawesi Tenggara, dan sebagian kecil Sulawesi Selatan akan terjadi pada pukul 10.00 WITA. Memasuki tiap pukul 13.00 WIT sebagian Papua Barat, mayoritas Maluku dan Maluku Utara masih akan mengalami paparan sinar UV ekstrem.
Untuk bagian Barat Indonesia, sebagian Bengkulu, Sumatra Selatan, Jambi dan sebagian kecil Jawa Tengah akan mengalami hal serupa pada pukul 11.00 WIB hingga pukul 13.00 WIB.
Selepas pukul 13.00 WIB, indeks UV pun perlahan berangsur bergeser ke kategori merah, jingga, kuning hingga hijau.
Sekadar informasi saja, dalam keadaan tersebut, pola harian UV dipengaruhi oleh posisi dan waktu pergerakan Matahari serta kondisi tutupan awan di suatu wilayah. Seperti pada April, posisi semu Matahari masih berada di sekitar dekat ekuator dan menunjukkan fase gerak semu ke Utara hingga Juni mendatang. Alhasil, penyinaran Matahari lebih optimal ke wilayah Indonesia.
Beberapa waktu ini pun, posisi Matahari per siang hari berada pada 80 34’ Lintang Utara dan 1210 14’ Bujur Timur. Pada peta, posisinya sekitar di atas Kalimantan di bawah Filipina. Pada posisi semu Matahari sendiri terjadi akibat revolusi Bumi atau gerakan planet mengorbit bintangnya dalam posisi miring.
Di sisi lain, peneliti dari Pusat Riset dan Antariksa BRIN Andi Pangerang mengungkapkan “intensitas radiasi Matahari yang diterima di ekuator Bumi bernilai maksimum.” Dengan begitu kenaikan suhu karena radiasi Matahari berbanding lurus terhadap suhu permukaan Bumi.
“Akan tetapi, ini hanyalah salah satu faktor saja yang mempengaruhi. Perlu mempertimbangkan faktor lainnya di luar faktor astronomis,” jelan Andi Pangerang.
Melihat hal ini, masyarakat sendiri diminta tidak panik. Kuncinya, kondisi tubuh agar selalu terhidrasi dengan baik alias cukup cairan, serta menggunakan alat pelindung seperti tabir surya, payung, topi ataupun alat pelindung lainnya.
Tips merespons paparan UV ekstrem:
→ Hindari paparan Matahari secara langsung pada pukul 10 pagi hingga pukul 4 sore;
→ Tetap di tempat teduh pada saat Matahari terik siang hari;
→ Kenakan pakaian pelindung Matahari, topi lebar, dan kacamata hitam yang dapat menghalangi sinar UV, saat berada di luar ruangan;
→ Oleskan cairan pelembab tabir surya SPF 30+ setiap 2 jam;
→ Hindari permukaan yang cerah seperti pasir, dan air.