Paling banyak memiliki nikel dengan jenis laterit, sebentar lagi Indonesia bakal punya pabrik baterai kendaraan listrik (EV) berbahan nikel sulfat. Pabrik yang mengolah nikel sulfat ini ialah PT. Halmahera Persada Lygen (HPL) di Pulau Obi, Maluku Utara. HPL merupakan anak usaha PT. Trimegah Bangun Persada (Harita Nickel). Pabrik nikel sulfat milik Harita Nickel ini nggak cuma digadang-gadang jadi yang pertama, tapi juga terbesar di dunia.
Sebagai salah satu jenis olahan bijih nikel laterit, nikel sulfat (NiSO4) merupakan bahan prekursor katoda baterai litium untuk kendaraan listrik. Pabrik Harita Nickel nantinya nggak cuma mengolah nikel sulfat tapi juga kobalt sulfat (CoSO4) yang menjadi material katoda baterai litium. Kedua material ini diproduksi dari pengolahan bijih nikel berkadar rendah, yaitu 1,1 hingga 1,5 persen atau limonit.
Metode pengolahan limonit untuk nikel sulfat menggunakan high pressure acid leach (HPAL). Teknik ini menjalankan proses hidrometalurgi arus utama memanfaatkan ketinggian suhu, tekanan tinggi, dan asam sulfat untuk memisahkan nikel dan kobalt dari bijih nikel laterit.
Saat ini, pabrik nikel sulfat pertama Indonesia itu berada pada tahap akhir uji coba produksi (final commisioning). Investasi untuk pabrik ini diketahui menyerap 1,1 miliar dolar AS atau sekitar Rp16,5 triliun (asumsi kurs Rp15 ribu per dolar AS). Demi memenuhi target dapat beroperasi mandiri, pihak Harita masih menunggu perkembangan uji coba.
“Kami masih menunggu perkembangan uji coba ini untuk menentukan target operasinya (pabrik nikel sulfat),” ujar Head of Technical Support HPL, Rico W Albert, melansir dari CNN Indonesia.
Saat ini, Harita Nickel diketahui sudah mengoperasikan tiga lajur produksi MHP, yakni hasil pengolahan dan pemurnian limonit sebelum diproses lebih lanjut menjadi nikel sulfat dan kobalt sulfat. Material ini merupakan bahan mentah yang penting dalam rantai produksi baterai lithium.
Kapasitas pengolahan dari PT. Halmahera Persada Lygen (HPL) akan mencapai 7,6 juta ton limonit per tahun yang diproses menjadi produk antara Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dan produk akhir nikel sulfat-kobalt sulfat. Pabrik HPL juga merupakan pabrik tercepat di dunia yang mampu mencapai kapasitas produksi olahan limonit 100 persen menggunakan metode HPAL.
Ke depannya, dengan lini baru pabrik produksi nikel sulfat diharapkan kapasitas produksi di fase pertama bisa mencapai 160 ribu metrik ton (MT) per tahun, hingga meningkat jadi 240 MT di fase kedua. Adapun untuk kobalt sulfat, kapasitas produksi dapat memenuhi 30 ribu MT per tahun.
Tentu pabrik nikel sulfat pertama di RI ini sangat ditunggu-tunggu karena impian Presiden Joko Widodo untuk menjadikan Indonesia “raja” industri kendaraan listrik kian dekat terwujud. Semoga saja ya, Sob.