Selama ini yang kita tahu tambang batubara tertua di Indonesia letaknya di Sawahlunto, Sumatra Barat. Namun ternyata, setelah dikulik lebih dalam, ada situs bekas tambang lain yang umurnya tertua dibandingkan tambang Sawahlunto. Namanya adalah Oranje Nassau. Pernahkah Sobat mendengar nama tempat tersebut?
Informasi dari Balai Arkeolog Kalimantan Selatan menyebutkan, Oranje Nassau berdiri pada 20 September 1849. Inilah mengapa dikatakan usia bekas tambang tersebut lebih tua ketimbang Sawahlunto yang berdiri sejak 1870.
“Benteng Oranje Nassau Pengaron ini merupakan tambang batubara pertama di Indonesia yang dibangun pada 1849, atau 10 tahun lebih dulu sebelum Belanda membangun tambang batubara Ombilin di Sawahlunto, Sumbar,” ungkap Haris selaku Kepala Disbudpar Kabupaten Banjar.
Tahukah Sobat, ternyata nama Oranje Nassau diambil dari dinasti (wangsa) yang ada di Belanda, loh. Penasaran gimana sejarahnya? Simak penjelasan berikut ini, Sob.
Lokasi bekas tambang tertua ini terletak di Kecamatan Pengaron, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Berdasarkan catatan sejarah De Loos, pada 28 September 1849, Gubernur Jenderal Rochussen datang ke Pengaron di wilayah Kerajaan Banjar untuk meresmikan tambang batubara pertama di Indonesia.
Keberadaan area pertambangan ini dianggap penting, Sob. Sebab, diketahui tambang tersebut adalah awal tonggak tambang batubara Hindia Belanda (Nusantara).
Pada saat itu, tambang Oranje Nassau direncanakan sebagai alternatif solusi bagi Belanda dalam keadaan konflik. Hal ini dilakukan supaya suplai batubara dari Eropa dianggap unggul. Karena pada masa itu, Belanda sedang berada dalam kondisi persaingan dengan kolonialis lain, yaitu Inggris.
Namun ketika memasuki era revolusi industri, batubara menjadi kebutuhan utama sebagai tenaga penggerak kapal-kapal, baik untuk dagang maupun perang. Karena awal revolusi industri terjadi, kapal-kapal sudah mulai tidak mengandalkan angin.
Kapan Bekas Tambang Batu Bara Ini Mulai Diteliti?
Melansir Radar Banjarmasin, akhirnya situs bekas tambang tertua ini mulai diteliti secara intensif sejak tahun 2005. Setelahnya penelitian dilanjutkan oleh beberapa lembaga lain, di antaranya Balai Arkeologi Kalimantan Selatan yang bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Banjar, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCP) Samarinda dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Kegiatan penelitian ini dilakukan pada 2012 hingga 2017.
Sebetulnya ada dua lokasi bersejarah lainnya di sekitar benteng tersebut. Pertama, terkait tambang batubara di daerah eksplorasi di Gunung Pagaran. Kedua, Benteng Pengaron yang berada di sekitar polsek setempat. Sebagai informasi, benteng tersebut dibangun karena bekas pengepungan pejuang Banjar. Sayangnya kini benteng tersebut telah tertimbun oleh tanah.
Seiring bergantinya zaman, keberadaan bekas tambang tertua ini telah dialihfungsikan. Sejak 2014 tempat tersebut dipelihara oleh dua orang. Barulah mulai 2017 pemkab setempat menjadikan situs ini menjadi destinasi wisata bersejarah. Tak jarang, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Banjar pun ikut gencar mempromosikan tempat tersebut.
Nah, sekarang sudah tahu kan, ada bekas tambang tertua lagi selain Ombilin di Sawahlunto. Meskipun area pertambangannya kecil, dalam satu kali produksi pernah menghasilkan 80.000 ton batubara, loh.