Sebagai negara dengan wilayah laut terbesar di dunia, Indonesia tentunya memiliki kekayaan alam laut yang cukup banyak. Salah satunya adalah Alga atau Ganggang (nama ini tidak lagi digunakan), jenis tumbuhan air yang mudah ditemui di perairan air tawar maupun air laut.
Tapi tahukah kamu, jika budidaya Alga di Indonesia telah diolah menjadi makanan bergizi sampai diekspor ke beberapa negara seperti Amerika Serikat, Rusia, Perancis, Jepang, hingga Swiss?
Seperti dikutip dari berbagai catatan ilmiah, jika tumbuhan yang sempat dianggap sebagai hama ini memiliki berbagai jenis. Di mana di antaranya memiliki sifat autotrof maupun heterotrof yang tidak mempunyai organ dengan perbedaan fungsi yang nyata dan sebagian besar merupakan fototrof yang dapat memperoleh makanan dengan bantuan cahaya yang mengandung nutrisi tinggi.
Dengan banyaknya nutrisi tinggi pada tumbuhan ini, di Indonesia telah berdiri tempat budidaya tumbuhan alga yang dikelola oleh PT Algaepark Indonesia Mandiri yang terletak di Desa Sidowayah, Kecamatan Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah.
Hasil olahan dari tempat budidaya ini sering dipasarkan baik di dalam negeri maupun luar negeri. Biasanya, hasil olahannya dikonsumsi oleh para tentara yang bertugas di perbatasan hingga astronot dari Amerika Serikat serta Rusia.
Menurut penelitian, mengkonsumsi tumbuhan Alga pada pagi, siang, dan malam setara dengan mengkonsumsi satu kilogram sayur dan buah-buahan.Untuk itu dengan bentuk yang praktis serta kandungan protein yang tinggi tumbuhan ini disebut sebagai salah satu makanan bergizi di masa depan.
Tidak hanya itu saja, tumbuhan yang masuk ke dalam kelompok Archaeplastida, Rhizaria, Excavata, Chromista, Alveolata dan Cyanobacteria ini juga bisa diolah menjadi beberapa produk kecantikan, seperti serum, sabun dan lain-lain.
Sekedar informasi saja, tahap budidaya oleh petani Polanharjo ini dimulai dari pembibitan yang kemudian dibesarkan di kolam air tawar selama tiga hari. Para pembudidaya di Desa Sidowayah, biasanya memanfaatkan mata air Umbul Manten yang memiliki kandungan pH sekitar 8-9 dan sinar matahari yang terbilang baik untuk proses pembibitan.
Setelah itu, barulah proses pengenceran, pengurangan kadar air, pembentukan lapisan pipih sterilisasi, hingga proses pengeringan. Hasil dari proses tersebut, akan menjadi semacam bubuk gandum yang dapat dihasilkan sebagai produk turunan.
Biasanya, pusat budidaya Algaepark Indonesia di Desa Sidowayah mampu memproduksi hasil olahan sebanyak 2-4 ton tiap bulannya untuk dalam negeri. Sedangkan untuk pasar luar negeri mampu memproduksi bahan berupa bubuk seberat 300 – 800 kg per bulan, dengan.
Untuk harganya sendiri dipatok Rp 600 ribu hingga Rp 1 juta per kilogram. Produk olahan dari desa Sidowayah ini telah mengantongi label BPPT (badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) dan MUI, sehingga aman untuk digunakan serta dikonsumsi.