Dunia kesehatan dan farmasi Indonesia semakin berkembang, Sob. Jika sebelumnya peneliti BRIN berhasil membuat alat pendeteksi TB tak hanya dari dalam namun juga dari luar dan menjadi yang pertama di Indonesia, kini PT Selaras Citra Nusantara Perkasa Tbk. (SCNP) bersama peneliti dari Institut Teknologi Bandung dan tim dokter dari Pusat Jantung Nasional Harapan Kita berhasil membuat alat pendeteksi dini penyakit kardiovaskular seperti penyakit jantung yang diberi nama NIVA.
Alat pendeteksi dini penyakit jantung tersebut dinamakan NIVA atau Non-Invasive Vascular Analyzer. Sebenarnya riset untuk pembuatan NIVA sudah dilakukan sejak 2013 oleh ketua tim peneliti, Prof Tati Mengko. Gagasan pembuatan NIVA dikarenakan saat itu pihaknya memandang perlu alkes untuk pemeriksaan jantung dan pembuluh darah. Saat itu, parameter alkes untuk mengukur kesehatan jantung dan pembuluh darah masih minim.
Padahal, penyakit jantung masih menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia dan memakan biaya program Jaminan Kesehatan (JKN) yang sangat besar. Maka dari itu, perlu diadakan pengembangan yang bisa memudahkan manusia mendeteksi penyakit jantung sebelum semakin parah.
Lalu bagaimana alat NIVA ini bekerja? Prof Tati menjelaskan cara kerja NIVA berfokus pada kemampuannya mengukur tingkat kesehatan pembuluh darah melalui indikator parameter yang berkaitan dengan tekanan dan aliran darah. Alat ini juga mendeteksi derajat kelenturan dinding pembuluh darah.
Lebih lanjut, peneliti lainnya yaitu Dr. Richard Mengko menjelaskan ada 4 titik yang diukur tekanan darahnya oleh alat NIVA yakini tangan kanan dan kiri serta kaki kanan dan kiri. Dengan demikian, yang dideteksi bukan hanya tekanan darah sistol dan diastol, tapi lebih banyak lagi.
“Mengukur EKG tetapi empat titik. Dengan data semua itu akhirnya banyak yang bisa kita deteksi seperti kekakuan pembuluh darah, fungsi pembuluh darah kira-kira umur biologisnya berapa,” jelasnya.
Inovasi terbaru di bidang kesehatan ini diketahui telah diuji klinis oleh tim dokter pakar jantung dari Pusat Jantung Nasional Harapan Kita (PJNHK), loh. Hasilnya, pengukuran ABI Ankle Brachial Index dengan alat ini memiliki realibilitas dan parameter yang baik.
Pengukuran ABI dilakukan dengan membandingkan antara ukuran nilai sistolik tekanan darah pada pergelangan kaki (ankle) dengan sistolik tekanan darah pada arteri brachialis. Diketahui, penyakit jantung bisa dideteksi melalui ada tidaknya penyempitan pembuluh darah di tungkai kaki.
Kabar baiknya, alat ini siap diproduksi massal dna didistribusikan ke pasar domestik alias rumah-rumah sakit di kuartal I 2023. Harganya Rp161 juta. Alat tersebut lebih murah 52 persen dibandingkan alkes produk impor yang dipakai banyak rumah sakit dan Puskesmas saat ini.