Nikel dan timah yang digadang-gadang bisa membawa Indonesia jadi pemain industri kendaraan listrik dunia sedang terancam, Sob. Pasalnya, Kementerian ESDM akan menetapkan nikel dan juga timah sebagai komoditas mineral kritis. Gimana, ceritanya, tuh?
Alasan nikel dan timah ditetapkan jadi komoditas mineral kritis karena cadangan sumber daya kedua mineral bahan utama baterai kendaraan listrik ini harus dijaga agar tak habis. Nikel dan timah juga dibutuhkan sebagai sumber fasilitas energi penyimpanan atau battery energy storage system (BESS) di Indonesia.
“Pemerintah sedang menjaga. Mineral ini harus dijaga, harus hati-hati. Indonesia akan punya sekitar 46 sampai 47 mineral kritis,” ujar Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara (Minerba), Irwandy Arif.
Lebih lanjut, Irwandy mengatakan, regulasi menetapkan 46–47 komoditas mineral kritis akan diselesaikan paling lambat bulan depan. Kini pemerintah tengah menyesuaikan data cadangan dan sumber daya mineral yang direncanakan bakal masuk kategori mineral kritis.
“Aturan mengenai klasifikasi mineral kritis sudah 95%. Satu putaran lagi, nikel dan timah masuk mineral kritis,” kata Irwandy di Kementerian ESDM pada Senin (29/5/2023).
Setelah ditetapkan jadi komoditas mineral kritis, kelak kedua mineral ini sulit diekstraksi dan sulit disubstitusi logam atau material lain. Nantinya, nikel dan timah bakal punya harga tinggi karena termasuk kategori mineral yang sulit ditemukan. Ini juga termasuk mineral ikutan dari pertambangan nikel dan timah.
FYI, saat ini harga bijih nikel hanya dihargai 33 dolar AS per ton dan bisa melonjak jadi 2.622 dolar AS per ton dan 8.396 dolar AS per ton setelah dimurnikan menjadi feronikel dan nikel matte. Adapun bijih timah hasil penambangan dihargai 1.000 dolar AS per ton. Angka ini akan naik jadi 9.000 dolar AS per ton setelah melewati proses pengolahan dan pemurnian.
Selain menetapkan nikel dan timah sebagai komoditas mineral kritis, pemerintah melalui Kementerian ESDM juga berencana membentuk indeks harga nikel. Indeks harga nikel dimaksudkan memastikan harga komoditas ini tak lagi bergantung dengan harga London Metal Exchange (LME). Selama ini, acuan LME sebagai bursa komoditas yang menangani kontrak berjangka dan opsi logam dunia itu dinilai memberatkan pengusaha industri logam.