Kinerja perdagangan Indonesia mencatatkan tren positif dalam sekira tiga tahun terakhir. Terbaru, per Mei 2023, neraca perdagangan mencatatkan surplus senilai 0,44 miliar dolar AS. Hal ini diapresiasi oleh Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan. Secara khusus, neraca dagang untuk sektor nonmigas Indonesia surplus 2,26 miliar dolar AS.
Perhitungan itu didapat dengan menyimak pertumbuhan yang terlihat konsisten dalam meneruskan tren surplus sejak Mei 2020. Di samping surplus neraca nonmigas sebesar 2,26 miliar dolar AS, diketahui pula defisit neraca migas sebesar 1,82 miliar dolar AS.
“Tren surplus neraca perdagangan Indonesia Mei 2023 terus berlanjut dalam tiga tahun terakhir. Momentum ini harus terus dijaga dan ditingkatkan,” kata Mendag Zulkifli Hasan, dikutip dari Kontan.
Lebih lanjut, Zulkifli menjelaskan, aktivitas perdagangan dengan Amerika Serikat menjadi penyumbang surplus terbesar pada Mei 2023 dengan nilai mencapai 0,95 miliar dolar AS.
Selain itu, Filipina menyusul dengan surplus sebesar 0,84 miliar dolar AS, dan India sebesar 0,69 miliar. Di sisi lain, negara mitra yang menghasilkan defisit perdagangan terbesar bagi Indonesia adalah Tiongkok dengan nilai 0,99 miliar dolar AS, Australia sebesar 0,60 miliar dolar AS, dan Singapura senilai 0,53 miliar dolar AS.
Selain neraca dagang nonmigas, secara kumulatif neraca perdagangan Indonesia periode triwulan Januari–Mei 2023 mengalami surplus 16,48 miliar dolar AS. Surplus perdagangan periode ini terdiri atas surplus nonmigas sebesar 24,32 miliar dolar AS serta defisit migas sebesar 7,83 miliar dolar AS.
Kenaikan Ekspor
Dalam paparan Zulkifli, diketahui juga nilai ekspor Indonesia pada Mei 2023 sebesar 21,72 miliar dolar AS, naik 12,61 persen dibanding bulan sebelumnya dan tumbuh 0,96 persen dibanding Mei 2022. Kenaikan ekspor ini disebabkan meningkatnya nilai ekspor dibanding setahun yang lalu, yaitu produk migas sebesar 4,47 persen dan ekspor nonmigas sebesar 13,18 persen.
Menurut Zulkifli, peningkatan ekspor pada Mei 2023 disebabkan oleh pola musiman pasca-Lebaran dan peningkatan ekspor beberapa produk manufaktur Indonesia, seperti kendaraan dan komponennya, mesin dan peralatan mekanis, serta mesin dan perlengkapan elektrik.
“Ekspor kendaraan dan bagiannya pada 2022 merupakan yang tertinggi dalam satu dekade terakhir dan terus meningkat pada periode Januari–Mei 2023. Untuk itu, ekspor sektor ini harus terus didorong sebagai pendorong produk manufaktur sehingga dapat menjaga kinerja ekspor nasional tetap tinggi,” tutur Zulkifli.
Pada Mei tahun ini, hampir seluruh sektor mengalami peningkatan ekspor dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Peningkatan ekspor tertinggi terjadi pada sektor pertanian yang naik sebesar 33,76 persen dalam sebulan, diikuti sektor industri pengolahan (20,17 persen), dan sektor migas (4,48 persen). Hanya pada sektor pertambangan yang agak menurun karena mengalami kontraksi sebesar 7,18 persen.
Secara berurut, produk ekspor nonmigas yang mengalami peningkatan tertinggi pada Mei 2023 ialah barang dari besi dan baja yang melonjak 95,02 persen, tembakau dan rokok naik 70,59 persen, kendaraan dan bagiannya naik 60,20 persen. Kemudian produk mesin dan peralatan mekanis juga naik 53,77 persen, serta pakaian dan aksesori atau rajutannya naik 45,91 persen di bulan Mei 2023.
Beragam produk dalam negeri yang laku diekspor itu ternyata memiliki sejumlah negara di luar negeri yang menjadi pasar utamanya. Negara utama tujuan ekspor nonmigas Indonesia pada Mei 2023 adalah Tiongkok dengan nilai ekspor 4,78 miliar dolar AS atau naik 3,41 persen untuk bulan yang sama.
Di urutan kedua, Amerika Serikat menampung produk nonmigas Indonesia hingga sebesar 2,05 miliar dolar AS (naik 30,23 persen). Ketiga, nilai ekspor ke “negeri matahari terbit” Jepang mencatatkan nilai 1,77 miliar dolar AS (naik 26,37 persen).
Sementara itu, negara lain yang potensial menjadi pasar tujuan ekspor nonmigas dari Indonesia adalah Norwegia, Bulgaria, Inggris, Mesir, dan Brasil. Negara-negara ini diketahui juga menunjukkan peningkatan nilai ekspor terbesar pada Mei 2023 dibanding bulan sebelumnya.
Selain itu, Zulkifli menekankan, pada bulan Mei 2023, ekspor nonmigas ke sebagian besar negara-negara Asia mengalami penguatan. Penguatan di antaranya yaitu terjadi di Asia Barat yang naik 64,94 persen, Asia Tenggara (26,02 persen), Asia Tengah (10,77 persen), dan Asia Timur (7,24 persen).
“Ini menunjukkan kawasan Asia masih menjadi pasar yang penting dan potensial bagi penyerapan produk ekspor Indonesia,” ucap Zulkifli.