Mungkin Sobat SJ masih ada yang bertanya-tanya, tentang asal usul orang Amerika? Nah, baru-baru ini para pakar pun telah mengeklaim bahwa mereka telah menemukan jejak nenek moyang orang Amerika.
Dalam sebuah penelitian, para pakar meneliti sebuah liontin yang mengandung DNA manusia purba yang diduga merupakan nenek moyang orang Amerika. Liontin tersebut pun ditemukan para pakar saat mengekskavasi Gua Denisova yang berada di selatan Siberia.
Melansir kantor berita CNN, para pakar menyebutkan jika liontin purba tersebut telah dipakai oleh seorang wanita yang hidup sekitar 19 hingga 25 ribu tahun yang lalu, berdasarkan analisa material genetik yang terawetkan di liontinnya.
Wanita purba tersebut berasal dari kelompok yang diketahui sebagai Ancient North Eurasian, yang punya hubungan genetik dengan orang Amerika pertama.
Adapun cara pakar dalam meneliti DNA tersebut yaitu dengan menerapkan teknik baru yang tidak merusak DNA dari artefak Zaman Batu. Metode tersebut juga diharapkan dapat memungkinkan para pakar belajar mengetahui tentang jenis kelamin dan keturunan genetik pembuat, pemakai, dan pengguna berbagai alat tulang dan ornament Zaman Batu yang digali dari penggalian dari seluruh dunia.
Hasil penelitian pakar juga telah dipublikasikan melalui jurnal Nature. Dengan metode baru tersebut, peneliti juga dapat mengungkap apakah sebuah alat digunakan oleh Neanderthal atau nenek moyang Homo Sapiens.
Cara Mengetahui DNA Nenek Moyang Orang Amerika
DNA nenek moyang orang Amerika tersebut ditemukan kemungkinan besar karena telah diawetkan dalam liontin tulang rusa. Alasannya karena tulang rusa mudah keropos dan karenanya lebih mungkin mempertahankan materi genetik yang ada di sel kulit, keringan, dan carian tubuh lainnya.
Biasanya, para pakar akan menggunakan bor kecil untuk mengekstraksi bubuk tulang dari sebuah artefak atau tulang yang lebih besar. Pakar biologi molekuler dari Max Planck Institute of Evolutionary Anthropology, Elena Essel mendeskripsikan teknik baru tersebut sebagai “pencucian laboratorium tanpa pergerakan”.
Dengan teknik tersebut, liontin direndam dalam larutan penyangga natrium fosfat sambil meningkatkan suhu secara bertahap. Cara tersebut, memungkinan DNA dapat dilepaskan ke dalam larutan, di mana ia diisolasi, dimurnikan, dan diurutkan menggunakan alat yang ada.
Uji penelitian terhadap liontin tersebut pun menjadi bukti konsep belum jelasnya tingkat kesulitan mengekstraksi DNA manusia dari tulang, ornamen, atau alat lainnya. Teknik baru tersebut juga hanya ampuh pada bahan yang baru digali.
Para arkeolog pun telah mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa artefak tersebut “bersih”, yaitu tidak terkontaminasi dengan DNA manusia modern—dengan mengenakan sarung tangan, dan masker—serta memastikan objek tersebut disegel dalam tas segera, setelah digali.
Teknik ini juga tidak mengidentifikasi DNA purba ketika diaplikasikan kepada sebuah alat-alat dari tulang dari Gua Quincy, Perancis yang diekskavasi pada 1970 hingga 1990-an. Dengan cara tersebut, material genetik bisa terawetkan dalam waktu yang lama.