Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengamati peningkatan produksi material nikel dalam negeri. Produksi olahan nikel Indonesia mencapai 2,47 juta ton pada 2021. Angka ini naik 2,17% dibanding 2020 yang sebesar 2,41 juta ton. Tren produksi olahan nikel Tanah Air juga bertumbuh setiap tahun. Maka inilah momentum Indonesia pasok nikel bagi dunia.
Awalnya produksi olahan nikel Indonesia hanya sebesar 927,9 ribu ton pada 2018. Lambat laun jumlahnya bertambah, salah satunya ditopang oleh produksi feronikel. Kementerian ESDM pun berencana meningkatkan kembali produksi olahan nikel mencapai 2,58 juta ton pada 2022. Tahun ini, Kementerian ESDM mematok produksi olahan nikel dapat bertambah.
Dalam jangka menengah dan wpanjang, pemerintah memiliki komitmen untuk menjadi pemain nikel terutama yang menyuplai bahan baku untuk baterai mobil listrik.
Fakta lainnya, kinerja ekspor dan impor di bulan Maret 2022 berhasil menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah. Solidnya performa surplus Indonesia pada Maret 2022 ditopang oleh kinerja ekspor yang terus menguat di tengah peningkatan harga berbagai komoditas andalan yang cukup signifikan. Tercatat pada Maret 2022, harga batubara meningkat 49,91% (mtm), nikel tumbuh 41,26% (mtm), dan CPO naik 16,72% (mtm).
Meskipun surplus neraca perdagangan terus berlanjut, Pemerintah akan tetap waspada dan terus responsif dalam menghadapi berbagai tantangan yang mungkin muncul. Melambatnya laju pemulihan ekonomi Zona Euro akibat perang Rusia-Ukraina merupakan satu faktor utama. Belakangan, penerapan kuncitara atau lockdown baru saja diterapkan kembali di Tiongkok.
Sementara itu, diberitakan Media Indonesia, Perang antara Rusia dengan Ukraina berdampak pada kenaikan harga nikel global. Adanya perang yang berkecamuk di negara Eropa Timur memicu kekhawatiran di pasar bahwa pasokan nikel global akan semakin tipis karena gangguan produksi di Rusia.
Kondisi ini jadi momen bagi Indonesia memperbesar potensi serapan hasil produksi nikel untuk dimanfaatkan lini industri lain.
Terlebih, Indonesia sebagai negara produsen nikel terbesar di dunia dengan produksi diestimasikan tembus 1 juta ton pada 2021. Situasi gejolak geopolitik yang terjadi seperti jalan baru pengembangan produksi ekspor nikel tak hanya dalam negeri, bahkan luar negeri.
Potensi Industri Kendaraan Listrik
Maka performa ekspor nikel di masa mendatang diduga akan meroket. Hal ini selaras dengan program pemerintah untuk akselerasi pengembangan kendaraan listrik Tanah Air. Nikel merupakan salah satu komponen utama pembuatan baterai kendaraan listrik.
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin mengatakan, fenomena yang terjadi pada nikel saat ini mirip dengan yang terjadi dengan batu bara pada tahun 2000-an. Kala itu, pertumbuhan produksi batu bara hanya sekitar 67 juta ton. Dia menyebutkan, nikel Indonesia bertumbuh setiap tahun hingga pada 2019 mencapai sekitar 616 juta ton.
“Begitu pun dengan nikel yang setiap tahunnya diprediksi akan terus terjadi pertumbuhan produksi seiring dengan semakin meningkatnya produksi kendaraan listrik,” kata Ridwan.
Pemerintah juga menunjukkan keseriusan menjalankan program ini dengan terus melakukan berbagai upaya untuk membangun ekosistem yang penunjang sektor kendaraan listrik. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam kunjungan kerja ke Amerika Serikat telah bertemu langsung dengan CEO Tesla Elon Musk. Keduanya membahas seputar nikel dan baterai listrik yang kembali digaungkan oleh pihak Tesla ke Pemerintah RI. Dari sini, nilai penting momentum Indonesia untuk pasok nikel bagi kebutuhan dunia makin terbuka lebar.
Di sisi lain, Indonesia diprediksi mampu memproduksi 1 juta unit kendaraan listrik (electric vehicle/EV) roda empat pada tahun 2035. Lonjakan produksi mencapai sekitar 666 kali dari produksi 2022 itu didukung evolusi industri kendaraan. Pada 2022, pengembangan motor dan mobil listrik di Tanah Air terus melaju, meskipun baru 1.500 unit. Ke depan, industri otomotif dalam negeri mengarah ke kendaraan elektrifikasi.
Sumber daya nikel yang melimpah sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik makin memperkuat posisi Indonesia untuk mewujudkan kemandirian ekosistem kendaraan listrik. Kapasitas ini merupakan salah satu modal utama Indonesia sebagai pemain kunci di rantai pasok EV global. Maka momentum ini patut dimaksimalkan Indonesia guna memasok hasil olahan nikel bagi dunia.
Meski begitu, untuk mencapai target itu dibutuhkan kolaborasi seluruh pemangku kepentingan demi mempercepat terbangunnya industri dan ekosistem baterai kendaraan listrik. Direktur Hubungan Eksternal PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam, Selasa (7/3/2023), mengungkapkan, popularitas industri otomotif elektrifikasi di Indonesia terus meningkat.
Sektor otomotif merupakan salah satu industri yang memiliki fondasi kuat dan pionir industrialisasi di Indonesia. Akan tetapi, Indonesia memiliki tantangan besar untuk bersaing dengan negara industri otomotif besar lainnya, seperti Thailand dan Vietnam. Untuk itu, pihaknya berupaya mendukung lini otomotif dalam negeri untuk jadi yang terdepan dalam elektrifikasi otomotif di kawasan Asia Tenggara.
“Toyota sendiri berkomitmen untuk mendukung penciptaan pasar baterai ini melalui pendekatan multipathway strategy, di mana Toyota memperkenalkan dan menyediakan beragam teknologi kendaraan elektrifikasi yang menggunakan baterai bagi konsumen di Indonesia, dari hybrid electric vehicle (HEV), plug-in hybrid electric vehicle (PHEV), battery electric vehicle (BEV), hingga fuel cell electric vehicle (FCEV),” kata Bob, seperti dikutip dari Beritasatu.
Semoga perkembangan pemanfaatan nikel di Tanah Air makin gacor ya, Sob!