Sejak kelangkaan dan mahalnya minyak goreng di awal tahun 2022 kemarin, mendorong masyarakat Indonesia berinovasi menciptakan produk minyak goreng dari ragam bahan. Salah satunya yang dilakukan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM), yaitu dengan membuat minyak goreng dari Mikroalga.
Mahasiswa yang tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Riset Eksakta (PKM-RE) tersebut antara lain Jody Ashrib Satria Yudistira (Jurusan Biologi angkatan 2019), Fikri Ramadhan (Jurusan Biologi angkatan 2019). Serta Lathief Al Umami (Jurusan Biologi angkatan 2019), Anindya Destifany Salsabila (Jurusan Kimia angkatan 2019), dan Mohammad Yuzer Irosoneri (Jurusan Teknik Kimia angkatan 2020).
Mikroalga sendiri adalah mikroorganisme bersel tunggal yang memiliki pigmen dan dapat melakukan fotosintesis untuk memproduksi makanan dan oksigen. Dikembangkan menjadi minyak goreng oleh para mahasiswa UGM dengan cara ekstraksi minyak dari biomassa kering mikroalga Chlorella vulgaris di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Biologi UGM dan Laboratorium Proses Pemisahan Departemen Teknik Kimia UGM.
Alasan mikroalga dipilih sebagai bahan baku minyak goreng diungkap oleh Jodi, salah satu anggota tim, karena tanaman ini memiliki laju fotosintesis lebih cepat dibanding tanaman konvensional sehingga waktu panen tanaman ini lebih singkat, mampu menyerap lebih banyak karbon dioksida, tidak banyak makan lahan dan yang terpenting juga kaya gizi.
“Chlorella vulgaris adalah salah satu spesies mikroalga yang sering dikultivasikan untuk diambil lipidnya sehingga pada umumnya mikroalga ini dimanfaatkan sebagai bahan baku biofuel,” ujarnya dikutip dari laman UGM, Kamis (15/9/2022).
Mikroalga sendiri diketahui mengandung banyak gizi bermanfaat dan juga beragam lemak esensial seperti palmitic acid, myristic acid, linoleic acid, eicosatrienoic acid, erucic acid, nervonic acid dan oleic acid. Selain itu juga mengandung karbohidrat, protein, klorofil a dan b antioksidan berupa karotenoid.
Cara mengekstrak mikroalga untuk dijadikan minyak goreng juga mudah dilaksanakan. Kualitasnya pun sama seperti kualitas minyak goreng yang umum ada di pasaran berbahan sawit.
“Hal ini sesuai dengan fakta bahwa mikroalga memang mengandung kandungan lemak dalam jumlah banyak sehingga menjadikan produk ini ekonomis,” kata anggota lainnya, Fikri Ramadhan.
Ke depannya, kelompok mahasiswa UGM ini berharap jika riset mereka dapat dikembangkan lebih meluas lagi sehingga bisa menjadi alternatif minyak goreng di pasaran yang tak hanya kaya gizi namun juga terbuat dari proses ramah lingkungan. Siapa tahu harganya bisa lebih murah juga ‘kan Sob? Mengingat harga minyak goreng di pasaran saat ini belum kembali normal seperti sebelum kenaikan besar-besaran.