Ada sebuah studi yang menyebutkan bahwa seseorang kini tak perlu lagi malu untuk mengumpat. Pasalnya mengumpat redakan rasa sakit atau luka pada tubuh, Sob. Awalnya mungkin terdengar aneh tetapi banyak ilmuwan sudah membuktikan hal tersebut.
Salah satunya yang dilakukan oleh psikolog bernama Richard Stephens. Ia mampu membuktikan bahwa dengan mengeluarkan kata-kata kasar berupa mengumpat bisa redakan rasa sakit pada seseorang. Wow!
“Mengumpat memicu analgesia yang disebabkan oleh stres. Itu bagian dari respons adrenalin ketika dilepaskan, jantung memompa darah lebih cepat dan kita menjadi lebih mampu untuk mengatasi agresor dengan cepat. Mengumpat membantu banyak orang lebih bisa mentolerir rasa sakit,” kata Richard dikutip Wired.
Untuk membuktikan bahwa mengumpat bisa mengurangi rasa sakit, pada tahun 2020 Richard Stephens bersama dengan temannya Olly Robertson melakukan penelitian sumpah serapah terhadap rasa sakit bertajuk Swearing as a Response to Pain: Assessing Hypoalgesic Effects of Novel ‘Swear’ Words.
Melansir Forbes, penelitian ini dilakukan di Keele University, Staffordshire, Inggris, yang melibatkan 97 orang mahasiswa. Setiap mahasiswa dalam penelitiannya diminta untuk memegang tangan mereka di air es. Selagi tangan mereka dicelupkan ke air es yang telah tersedia di dalam bak, para peneliti mencoba untuk mengukur ambang rasa sakit dengan menentukan berapa lama mereka mulai terasa sakit.
Acuan dalam menahan toleransi rasa sakit ini ditentukan oleh seberapa lama mereka bisa menahan tangan di dalam permukaan air yang beku. Sepanjang prosesnya setiap peserta juga diberi kesempatan 4 kali untuk mengulangi satu kata random untuk menghindari terlalu condong terhadap salah satu kata lainnya.
Lantas bagaimana dengan kesimpulannya? Hasil dari penelitian tersebut membuktikan bahwa kata kasar konvensional dapat meningkatkan toleransi rasa sakit hingga 32%, sedangkan ambang batas nyeri sendiri berada di kisaran 33%.
Berkat hasil penelitian tersebut Stephens dan Robertson menjelaskan bahwa mengumpat yang telah dipelajari sejak lama bisa berkontribusi besar dalam meredakan rasa sakit.
“Meskipun cara kerja sumpah serapah belum dapat dipahami seluruhnya, kami menemukan bahwa sumpah serapah dipelajari selama masa kanak-kanak. Pengondisian aversif klasik berkontribusi pada aspek-aspek yang membangkitkan rangsangan emosional dari penggunaan sumpah serapah,” tulis Stephen dan Robertson.
Meskipun mengumpat sering mendapat stigma negatif, tetapi ada manfaat positifnya, loh. Salah satunya adalah ketika mengumpat redakan rasa sakit pada tubuh seseorang. Tapi bukan berarti hal ini menjadi pembenaran bahwa kamu bisa bersumpah serapah pada berbagai orang atau situasi, ya!