Mengulik Tren Thrifting yang Kembali Melejit di Generasi Muda

Solusi tampil modis namun kocek sedang cekak.

Tren Thrifting

Ilustrasi koleksi baju thrifting. Foto: unsplash.com/@priscilladupreez.

Seiring perkembangan zaman, tren fesyen akan terus berputar. Salah satunya tren lama yang kembali melejit di kalangan generasi muda adalah thrifting. Saat ini, bisnis thrifting semakin merebak, baik secara online maupun offline.

Thrifting merupakan kegiatan jual beli barang bekas.  Dalam bahasa Inggris, kata ‘thrift’ artinya hemat, berhemat, atau penghematan. Dalam dunia fesyen, istilah ini digunakan sebagai kata penyebutan baju atau pakaian bekas yang masih layak pakai.

Di Indonesia sendiri, sebetulnya tren thrifting telah dimulai sejak krisis moneter di tahun 1998. Kala itu ekonomi sedang hancur-hancurnya dan masyarakat melihat pakaian bekas sebagai solusi terbaik di tengah menurunnya daya beli.

Kemudian tren ini kembali muncul awal tahun 2000-an, saat thrifting dianggap sebagai alternatif membeli pakaian oleh sebagian orang di negara Barat. Kini, semenjak pandemi Covid-19 melanda Indonesia, tren thrifting kembali melejit di kalangan generasi muda terutama milenial dan generasi Z.

Jenis Model Pakaian Thrift

Perlu diteliti lagi dengan baik soal pakaian layak dijual kembali, ya, Sob. Karena nggak semua baju bekas bisa dijadikan barang untuk thrift. Kamu bisa menjualnya lagi apabila barang tersebut memiliki sesuatu yang bernilai unik dan antik.

Sejauh ini kebanyakan thrift shop menjual brand-brand populer di dunia seperti Uniqlo, Nike, Adidas, Champion, dan masih banyak lagi. Terkadang jika beruntung, mereka bisa mendapatkan barang-barang langka (rare) yang memang diproduksi secara terbatas (limited edition).

Alasan Berbisnis Thrifting

Jika diperhatikan lebih jauh, bisnis thrifting nggak akan pernah terhapus oleh zaman. Selain tak lekang oleh zaman, beberapa alasan lain mengapa generasi muda zaman sekarang lebih memilih thrift shop, diantaranya:

1. Tak Pernah Sepi Peminat dan Risiko Kerugian Kecil

via GIPHY

Salah satu alasan penting mengapa semakin banyak orang menjual thrift shop adalah karena pasar mereka tak akan pernah sepi peminat. Hal ini dibuktikan dengan fenomena ketertarikan terhadap thrifting di zaman sekarang semakin banyak pembeli dari lintas generasi.

Selain itu, bisnis thrifting juga punya tingkat risiko kerugian kecil. Contoh, apabila ada barang daganganmu yang masih tersisa banyak, kamu tinggal melakukan sistem paket murah untuk dipasarkan di akun media sosial. Yakin, deh, langsung diserbu netizen!

2. Dapat Kurangi Pencemaran Emisi Karbon

via GIPHY

Melansir insider.com via milenialis.id, selama ini industri fesyen sekiranya menyumbang 8 – 10% emisi karbon global. Bahkan hingga dikatakan sebagai penyumbang polusi terbesar di dunia.

Oleh karena itu, kini thrifting jadi salah satu solusi dalam upaya menyelamatkan Bumi dari pencemaran emisi karbon yang berlebihan dan bisa melestarikan lingkungan yang berkelanjutan.

3. Tidak Membutuhkan Dana Terlalu Besar

via GIPHY

Terkadang thrift shop menjadi kalan pintas bagi sebagian orang untuk menempuh jalur bisnis. Sebab, untuk membuka usaha satu ini nggak perlu membutuhkan dana yang terlalu besar.

Nggak perlu ribet-ribet, kamu bisa coba memulai bisnis ini di rumah. Misal, kalau di rumah punya barang atau pakaian yang memiliki nilai jual, bisa kamu jadikan sebagai binis thrift shop. Mudah, hemat, dan praktis!

4. Pemasaran Bisa Dilakukan di Medsos dan Marketplace

via GIPHY

Di era digitalisasi, membangun sebuah bisnis jadi semakin mudah. Salah salah satu trik tokcer berbisnis dengan melakukan promosi usahamu di media sosial atau marketplace. Apalagi kalau punya konten menarik seputar bisnis thrift shop. Maka pembeli akan semakin berminat dengan barang yang kamu jual.

Setelah baca sederet tren thrift di atas, jadi nggak heran, kan, kenapa tren bisnis ini kembali muncul dan semakin diminati oleh generasi sekarang. Bagaimana? Apakah kamu tertarik untuk mencoba bisnis satu ini?

Exit mobile version