Selama ini penggambaran hewan air seperti hiu selalu identik dengan keganasannya. Bukan tanpa alasan, hiu kerap kali digambarkan sebagai ikan buas yang suka memburu dan berbahaya bagi manusia. Namun, hal tersebut tak sepenuhnya benar karena terdapat pula spesies hiu morfologi atau karakteristik tubuhnya berbeda dan tidak membahayakan bagi manusia. Salah satunya adalah spesies hiu tikus.
Spesies hiu tikus ini berbeda dengan hiu-hiu ganas lainnya, jenis hiu satu ini pada dasarnya tidak berbahaya karena mereka tidak menggunakan rahang dan susunan gigi tajam untuk memburu atau menyerang mangsanya.
Hiu tikus atau yang biasa dikenal dengan nama Thresher Sharks ini berasal dari genus Alopias spp. Hal unik yang ada pada jenis hiu ini adalah memiliki ekor yang panjangnya bisa mencapai setengah tubuhnya sendiri. Bahkan ada juga jenis hiu tikus tertentu yang panjang ekornya hampir sama dengan panjang tubuhnya.
Cara hiu tikus memburu mangsanya juga berbeda dari hiu lainnya. Karena hiu tikus menggunakan ekornya untuk memburu dengan cara memecut mangsanya dengan ekornya. Selain itu, ekor dari hiu tikus berguna untuk menarik perhatian mangsanya, seperti ikan-ikan kecil dan cumi-cumi.
Melansir dari GNFI, cambukan ekor hiu tikus ini memiliki kecepatan yang mencapai 60 miles/hour atau sekitar 96,5 kilometer per jam. Sehingga mampu membelah molekul air dan oksigen. Dengan cara tersebut, hiu tikus mampu membuat mangsanya pingsan bahkan mati.
Dalam satu tahun, hiu tikus diketahui bisa berkembangbiak atau bereproduksi sebanyak dua kali. Masing-masing dari kelahirannya bisa menghasilkan dua sampai empat ekor. Di Indonesia sendiri, keberadaan hiu tikus tersebar di perairan Sumatra (Aceh), Jawa (Pelabuhan Ratu, Cilacap dan Banyuwangi), Bali, Lombok dan Nusa Tenggara Timur (NTT) mulai dari Laut Sawu hingga Laut Alor.
Sekedar infomasi saja, klasifikasi hiu tikus secara global terdiri dari tiga jenis, yakni pertama Pelagic Thresher Shark atau dengan nama ilmiah Alopias pelagicus, hiu tikus terkecil yang dengan ukuran 3,3 meter untuk usia dewasa.
Jenis kedua Big-Eye Thresher Shark atau dengan nama ilmiah Alopias superciliosus, hiu tikus mata besar dengan ciri khas berupa benjolan di bagian kepala. Kemudian jenis ketiga Common Thresher Shark atau dengan nama ilmiah Alopias vulpinus, hiu tikus terbesar yang memiliki ukurannya mencapai 5,7 meter.
Dari ketiga jenis tersebut, diketahui terdapat dua jenis hiu tikus yang dilaporkan ada di perairan Indonesia seperti Big-eye Thresher dan Pelagic thresher. Sementara untuk status konservasinya, Big-eye Thresher dan Common Thresher berada di status rentan (vulnerable) sedangkan Pelagic thresher berada di status terancam (endangered).