Hutan belantara Indonesia memiliki aneka ragam jenis pohon yang terdapat di dalamnya. Keragaman tersebut hadir dalam berbagai bentuk pohon. Ada yang lazim, ada pula yang unik. Seperti salah satu jenis pohon ini, namanya pohon pelawan. Pohon unik ini dapat ditemukan di Desa Namang, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Dikatakan unik karena terkenal dengan ciri khas warnanya yang berbeda dari kebanyakan jenis pohon lainnya, yakni berwarna merah. Warna tersebut bukan hanya berpusat pada bagian batangnya, melainkan menjalar di seluruh bagian tubuh pohon, seperti akar, hingga ujung ranting. Bahkan jika kulit batang pohonnya terkelupas, maka warna merahnya dapat terlihat jelas.
Pohon yang termasuk anggota suku jambu-jambuan (Myrtaceae) ini dapat ditemukan di area hutan dataran rendah hingga perbukitan dengan ketinggian 300 meter di atas permukaan laut.
Menurut peneliti pohon pelawan, Dr. Dian Akbarini mengatakan warna dari pohon pelawan tidak hanya merah, tetapi terdapat tiga jenis pohon pelawan, yakni pelawan merah atau pelawan padang (Tristaniopsis merguensis), pelawan kepoh atau pelawan tudag (Tristaniopsos obovata), dan pelawan putih atau pelawan air (Tristaniopsis whiteana).
“Pelawan putih nampaknya agak langka, terakhir terlihat di Pulau Lepar, Kabupaten Bangka Selatan,” ujarnya.
Pada dasarnya pohon tersebut telah dimanfaatkan sejak dahulu kala. Tepatnya ketika zaman Suku Mapur, suku tertua di Pulau Bangka. Pohon pelawan juga terkenal dengan sebutan hutan kalung.
Hutan kalung berarti memiliki daya guna, tepatnya berguna sebagai bahan pengobatan tradisional. Misalnya seperti mencegah kehamilan, penyakit koreng, luka bakar, dan gatal-gatal alergi. Atau bisa juga dijadikan ramuan untuk obat sakit cacar air, luka baru, malaria, diare, sariawan, infeksi luka, hingga iritasi kulit.
Pohon pelawan Bangka ini berguna bagi penyembuhan. Hal ini dikuatkan oleh hasil penelitian Hartanto dkk dengan judul “Etnomedisin Tumbuhan Pelawan dalam (Tristaniopsis spp) dalam Kehidupan Masyarakat Lom Pulau Bangka”.
Tidak hanya itu, pelawan adalah salah satu spesies kunci yang berperan penting dalam ekosistem hutan Bangka. Sebagaimana fungsinya untuk menjamin berkelanjutan pembangunan ekonomi, sosial budaya dan lingkungan sekitar.
Masyarakat Bangka sering memanfaatkan pohon pelawan sebagai kayu bakar untuk kebutuhan sehari-hari dan bahan bangunan. Sebagai kebutuhan harian, masyarakat setempat juga memanfaatkan jamur yang tumbuh di pohon pelawan. Namanya jamur pelawan atau dikenal juga dengan sebutan kulat pelawan.
Jamur pelawan hanya tumbuh satu tahun sekali dan bersifat musiman. Fakta unik dari jamur pelawan adalah jamur ini tidak dapat ditemukan di lokasi yang tidak ada pohon pelawan. Saat ini, data menyatakan bahwa Kabupaten Bangka Barat menjadi sebaran paling luas tumbuhnya jamur pelawan.
Sementara sebaran terluas jamur pelawan berpusat di Kabupaten Bangka Barat. Salah satu fenomena unik yang ada di hutan pelawan adalah munculnya jamur pelawan. Jamur ini tidak akan ditemukan di tempat yang tidak ada pohon pelawannya.
Biasanya, jamur ini tumbuh saat musim hujan dan kerap kali dijadikan bahan makanan. Harga satu kilogram jamur tersebut bisa bernilai Rp800 ribu rupiah hingga Rp1,2 juta rupiah setiap per kilogram.