Sob, apakah kamu adalah orang yang tak bisa buang air kecil di toilet selain di rumah? Bisa jadi kamu mengidap paruresis atau fobia buang air kecil di toilet umum. Orang yang memiliki fobia ini, begitu sulit untuk buang air kecil di tempat tanpa privasi total dan masih ada orang lain seperti di toilet tempat umum. Kalau kamu merasa seperti ini, kamu wajib mengenal lebih dalam tentang paruresis.
Fobia ini juga punya beberapa nama lain seperti pee shy hingga shy bladder. Sekilas, fobia ini terlihat sepele, tapi bisa berbahaya jika si pengidap malah menahan-nahan buang hajat yang berujung si pengidap paruresis jadi kesulitan juga untuk beraktivitas diluar rumah dari sekolah bekerja bahkan hingga sekadar hangout.
Termasuk Fobia Sosial
Paruresis setidaknya dialami 7% populasi dunia, 21 juta orang di Amerika, 2 juta di Kanada dan banyak negara lainnya, tak terbatas pada perempuan atau laki-laki. Bahkan. Professor Steven Soifer dari University of Maryland menyebut salah satu fobia sosial ini telah menjadi isu global. Meski, International Paruresis Association (IPA) belum melakukan studi khusus dan terverifikasi mengenai persentase penduduk yang mengalami paruresis.
Paruresis, pee shy atau shy bladder syndrome ini sebenarnya berasal dari gangguan kecemasan. Karena adanya kecemasan yang terus menerus ditambah dengan rasa malu, maka seseorang dari alam bawah sadarnya dan tak ada pilihan menjadi mengencangkan otot sfingter urin yang akan menjaga ketat agar urin tidak keluar.
Kemungkinan yang Menyebabkan Paruresis
Salah satu kemungkinan penyebab paruresis adalah histori voiding cystourethrography (VCUG) di masa lalu. Dalam literatur, trauma psikologis akibat VCUG dianggap sama dengan kekerasan pemerkosaan, terutama pada anak perempuan.
Cleveland Clinic juga menyebutkan, fobia ini bisa berkmbang sebagai bagian dari gangguan stres pasca-trauma (PTSD). Beberapa orang dengan paruresis memiliki pengalaman yang tidak nyaman atau traumatis di masa lalu, seperti pelecehan seksual atau pelecehan di toilet umum. Seseorang mungkin telah menindas atau menggoda mereka saat mereka sedang buang air kecil.
Ada juga yang mungkin khawatir tentang bau atau suara yang mereka keluarkan saat buang air kecil. Merasa khawatir atau menjadi emosional dapat mempersulit untuk memulai aliran urin.
Orang dengan Paruresis Harus Dibantu!
Sob, kalau mengenal keluarga, teman, kerabat atau bahkan kamu sendiri yang mengidap paruresis, perlu harus disegerakan ke dokter untuk penyembuhannya. Karena jika sampai menahan buang air dan berlangsung terus menerus, maka sangat mungkin menimbulkan penyakit pada organ yang berhubungan langsung dengan proses pengeluaran urin seperti ginjal, uretra atau kandung kemih.
Setelah mendapatkan diagnosis pasti dari dokter spesialis urologi, ada beberapa saran pengobatan di dokter yang bisa diberikan ke orang yang mengidap paruresis dari mengajaknya terapi hingga beberapa obat jika diperlukan.
1. Terapi Perilaku Kognitif (CBT). Terapi ini akan membantu seseorang mengubah pikiran dan perasaannya mengenai buang air kecil di kamar mandi umum. Penderita paruresis perlu melakukan 6 – 10 sesi perawatan. Mengutip Urology Health Foundation, 85 dari 100 orang dapat mengontrol kondisi mereka melalui CBT.
2. Terapi Desensitisasi Sistematis. Dalam terapi ini, pengidap dibantu mengerti perlunya buang air kecil di kamar mandi yang jauh dari rumah.
3. Teknik Relaksasi. Teknik ini membantu mengatur pernapasan, relaksasi otot serta membayangkan sesuatu yang menyenangkan atau santai.
4. Obat anti-kecemasan. Ini adalah jalan yang terakhir. Karena jika terlalu sering pakai obat anti kecemasan dapat menimbulkan kecanduan yang berbahaya.
Nah, kamu sudah mengenal paruresis, bahaya yang mengintai jika fobia karena gangguan kecemasan itu tak diobati hingga cara pengobatannya.