Jika di Jepang punya Sumo, maka di Indonesia punya Gulat Okol. Olahraga tradisional ini berasal dari daerah Jawa Timur. Tradisi gulat ini sudah berada sejak ratusan tahun lalu dan hingga saat ini masih terus dipertahankan secara turun-temurun.
Gulat okol memang sekilas mempunyai kemiripan dengan sumo di Jepang. Namun, jika di Indonesia, gulat okol bukan hanya sekadar olahraga tetapi juga memiliki nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya.
Olahraga Gulat tradisional ini merupakan salah satu rangkaian dari pelaksanaan sedekah bumi yang digelar oleh masyarakat Kelurahan Made, Kecamatan Sambikerep, Kota Surabaya. Biasanya olahraga jenis ini menjadi agenda rutin yang diselenggarakan setiap tahunnya dan menjadikannya sebagai bagian dari wisata budaya.
Dahulu olahraga tradisional ini diadakan karena berawal dari kegiatan warga yang sedang menggembalakan hewan ternaknya. Sambil menunggu kambing, sapi, dan kerbau mereka sedang mencari makan, para penggembala ini pun akhirnya mengisi waktu luang tersebut dengan bergulat di atas Jerami.
Pada awalnya ritual gulat ini diadakan di area persawahan. Namun, kini pertandingan Gulat Okol digelar di panggung yang bermatras dari karung goni dan di bawahnya diletakkan Jerami. Tujuan ini dibuat agar menjaga keamanan dan keselamatan para peserta gulat.
Untuk arena pergulatannya sendiri berukuran 6×8 meter dan dibuat seperti layaknya ring tinju dengan dua sudut, serta dikelilingi tali tambar besar di sekitar panggung.
Saat pertandingan gulat dimulai, para pemainnya pun diliputi rasa senang, bukan rasa dendam. Justru dari olahraga ini terjalin rasa persaudaraan sesama warga yang erat. Dari situlah kemudian Gulat Okol dijadikan sebagai tradisi yang digelar secara turun-temurun.
Kini, Gulat Okol juga menjadi pertunjukkan hiburan bagi masyarakat di Jawa Timur. Gulat tradisional sendiri terbagi menjadi tiga kategori, yaitu anak-anak, remaja, pria dewasa, dan wanita.
Setiap peserta pegulat dibedakan dari ikat kepala, serta sabuk yang masing-masing memiliki warna yang berbeda yakni merah dan hitam. Tidak hanya itu saja, nantinya setiap pertandingan akan dibagi menjadi dua ronde.
Kemudian, pegulat yang memenangi dua ronde berturut-turut akan ditandingkan kembali dengan pemenang lainnya hingga berakhir dengan sang juara.
Peraturan saat pertandingan dimulai bagi para peserta gulat, yaitu tidak diperbolehkan menyentuh langsung tubuh lawan, melainkan harus menjatuhkan lawan dengan selendang melingkar di tubuhnya.
Selain itu, Tradisi Gulat Okol juga kerap dilakukan di beberapa daerah lainnya seperti Desa Setro, Kecamatan Menganti, Gresik, Jawa Timur.