Meski Pemilihan Umum serentak di Indonesia akan berlangsung pada 14 Februari 2024 mendatang, namun dunia politik sudah mulai riuh dan para capres-cawapres serta caleg menjadi perbincangan publik setiap harinya. Nah, di masa pemilu ini ada baiknya Sobat juga mengenal Election Stress Disorder, suatu kondisi kesehatan yang perlu diwaspadai.
Apa itu Election Stress Disorder? Seperti namanya, itu adalah situasi saat kondisi mental seseorang yang mengalami stres atau memburuk karena isu politik menjelang pemilu. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh psikolog Steven Stosny, PhD pada pemilu Amerika Serikat di tahun 2016 silam. Sang psikolog menemui banyak pasiennya yang stres akibat banyaknya berita terus-menerus tentang pemilu.
Bahkan menurut survei yang dilakukan oleh American Psychological Association (APA), sebanyak 52% orang dewasa mengaku pemilu 2016 AS menjadi sumber stres yang signifikasi dalam hidup mereka. Angka ini bertambah jadi 68% di pemilu Amerika Serikat 2020.
Alasan seseorang bisa stres karena pemilu adalah terpapar banyaknya berita tentang pemilu. Terlebih berita-berita bertema negatif tentang para capres-cawapres hingga caleg.
Perbedaan pilihan dengan keluarga, teman terdekat hingga menyebabkan konflik inilah yang kerap menyebabkan stres dalam diri seseorang. Kondisi ini yang akhirnya bisa mempengaruhi kesehatan fisik dan mental.
Gejala yang Kerap Timbul
Meski istilah ini belum resmi masuk dalam dunia kedokteran, namun memburuknya kondisi mental akibat pemilu juga dialami banyak orang di berbagai negara dan diyakini nyata terjadi oleh banyak ahli kejiwaan.
Lebih lanjut, Monifa Seawell, MD, psikiater bersertifikat di Atlanta mengungkapkan gejala-gejala Election Stress Disorder pada diri seseorang yang perlu diwaspadai. Seseorang mungkin mengalami gejala ini mencapai puncaknya sebelum pemilu.
- Susah tidur
- Susah konsentrasi
- Mudah tersinggung dan marah
- Kekhawatiran intens yang memengaruhi kehidupan di rumah, sekolah, atau pekerjaan
- Terus membuka handphone untuk mencari berita politik terkini
- Cemas berada di dekat orang-orang yang memiliki pandangan politik berbeda
- Mengalami serangan panik (panic attack).
Cara Mengatasi Election Stress Disorder
Nah, setelah mengenal gejala Election Stress Disorder dan merasakan hal tersebut sedang terjadi pada diri sendiri, Sobat nggak perlu panik. Kamu bisa lakukan hal-hal ini untuk mengurangi stres di masa pemilu:
1. Hindari Memikirkan Hal-hal yang Tidak Dapat Dikendalikan
Hasil pemilu dan dampak yang terjadi setelahnya adalah sesuatu yang tidak pasti dan tidak bisa kamu kendalikan. Hentikan kebiasaan merenungkan hasil yang buruk yang belum tentu juga terjadi dan fokus pada hal-hal yang bisa dikontrol.
2. Terlibat dalam Kegiatan Positif
Ketimbang terus-terusan mengecek berita dan isu politik dari gawai dan malah hanya menambah cemas, mulai terlibatlah dalam kegiatan positif. Misalnya bila di dunia politik seperti berkampanye, atau bergabung dalam organisasi untuk mengajak orang tidak golput dalam pemilu. Atau bisa juga kegiatan positif lain menjadi sukarelawan untuk organisasi amal, membersihkan lingkungan hingga menjalani hobi.
3. Tetap Terhubung
Jangan biarkan tekanan pemilu mempengaruhi kualitas hubungan kamu dengan orang terdekat. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang memiliki setidaknya satu atau dua teman atau anggota keluarga yang dapat diandalkan untuk mendapatkan dukungan emosional selama masa-masa stres cenderung mampu mengatasi masalah dengan lebih baik dibandingkan orang yang tidak mendapatkan dukungan tersebut.
4. Batasi Konsumsi Informasi dari Media
Jika mengikuti berita, nonton debat, atau menelusuri media sosial membuat kamu stres, maka kamu bisa membatasi konsumsi berita baik itu di media massa maupun media sosial. Dalam situasi tertentu, seseorang harus benar-benar memutuskan hubungan dengan siklus berita 24 jam untuk mengurangi stresnya.
5. Lakukan Kegiatan Fisik
Bergerak membantu kita melepaskan energi negatif yang kita alami saat merasa stres. Kamu bisa tetap melakukan kegiatan olahraga ringan hingga meditasi. Selain itu fokus juga pada kesehatan fisik dengan tidur cukup, konsumsi makanan bergizi hingga hindari kebiasan buruk minum alkohol dan merokok.
6. Cari Bantuan Medis Profesional
Jika kondisi tersebut menyebabkan gangguan, depresi dan kesedihan, air mata, perasaan putus asa atau tidak berdaya hingga bahkan pikiran untuk bunuh diri, tentu saja harus segera untuk mencari bantuan profesional. Mencari bantuan bisa menjadi terapis profesional atau psikiater untuk mengobati apa yang menjadi depresi klinis pada saat itu.