Indonesia turut memperkenalkan keberagaman budaya dalam penampilan seni teater internasional yang diselengrakan dalam Holland Festival 2021 di Amsterdam, Belanda.
Holland Festival sendiri merupakan seni pertunjukan teater tertua dan terbesar di Belanda yang sudah dilaksanakan sejak tahun 1947. Awal mulanya, festival ini dibentuk hanya untuk penampilan seni musik, teater, opera dan moden. Akan tetapi, sejak tahun 2005-2014 festival tersebut mulai menghadirkan karya seni dalam bentuk multimedia film, dan arsitektur.
Hingga saat ini festival tersebut kerap dilakukan rutin setiap tahunnya. Tahun ini seni pertunjukan itu pun diramaikan oleh penampilan karya seni dari berbagai negara dan sukses dilaksanakan selama tiga pekan, yakni dari tanggal 3-27 Juni 2021 kemarin.
Selama kegiatan berlangsung, dua seni teater karya anak bangsa berhasil ditampilkan di dalam festival tersebut. Keduanya pun mengangkat tema dari berbagai kebudayaan di tanah air.
Seperti pada penampilan seni teater Indonesia pertama yang berjudul “Ine Aya” karya seorang Komposer asal Pontianak, Nursalim Yadi dibantu dengan sutradara Belanda, Miranda Lakerveld.
Pada dasarnya “Ine Aya” merupakan teater hasil gabungan dari dua kebudayaan, yaitu tradisi budaya Suku Dayak Kayan di Kalimantan dengan mitologi barat dalam interpretasi Warger. Dengan menggabungkan dua kebudayaan tersebut jadilah sebuah karya seni yang di dalamnya saling berkesinambungan satu sama lain.
Seni pertunjukkan ini berhasil ditampilkan pada tanggal 9, 10, secara offline di gedung konser Muziekgebouw, Amsterdam. Serta pada tanggal 11 yang dilakukan secara offline maupun daring melalui siaran langsung.
Masih dari Indonesia, penampilan kedua berasal dari sutradara ternama Indonesia, Garin Nugroho. Sebelumnya, pada tahun 2017 lalu, ia juga pernah mengikuti festival ini dan membawakan film bisu hitam putih yang berjudul “Setan Jawa”.
Kali ini, Garin menampilkan seni teater yang berjudul “The Planet-A Lament” yang diambil dari mitologi Papua. Mengisahkan tentang manusia yang selamat dari bencana alam yang diberikan amanah sebuah telur untuk melanjutkan kehidupannya setelah peristiwa bencana tersebut.
“Mungkin bencana alam terjadi karena dunia telah kehilangan elemennya,” begitulah potongan lirik dari pertunjukan seni teater “The Planet – A Lament”.
Selama Prosesnya, ia mampu mengumpulkan 24 pemain dan tim dari berbagai wilayah di Indonesia, seperti Papua, Nusa Tenggara Timur, dan wilayah Indonesia lainnya.
Tak hanya itu, ia juga berhasil mengangkat mengangkat keberagaman budaya Indonesia, seperti Papua, Jawa, Flores, dan Sumatera Utara.
Pertunjukan ini pun berhasil dilaksanakan selama dua hari, yaitu pada tanggal 21 dan 22 Juni 2021 dengan secara daring melalui siaran langsung ataupun offline. Beruntungnya seni pertunjukan teater ini mendapat respon positif dari para penontonnya.