Selain membatik secara tradisional menggunakan lilin dan canting, teknik kreasi yang menghasilkan produk bernilai jual bisa dilakukan dengan cara lain. Salah satunya ialah memanfaatkan bahan tanaman, seperti dedaunan. Cara yang disebut dengan ecoprint ini adalah teknik cetak dengan pewarnaan kain alami secara sederhana tapi menghasilkan motif unik. Mau tahu lebih jauh? Yuk, melirik ecoprint, peluang usaha kreatif nan produktif.
Jika ditilik lebih jauh, orang kebanyakan kerap menyamakan hasil ecoprint dengan batik tradisional. Namun, dengan menggunakan komponen alami, seperti daun, bunga, batang, dan bagian tanaman lainnya, karya ini lantas dikenal sebagai batik ecoprint. Keutamaan ecoprint lantas adalah tidak menggunakan bahan kimia.
Teknik ecoprint diperkirakan mulai populer berkembang di Indonesia pada sekitar tahun 2015. Meski terbilang baru, ecoprint sesungguhnya cukup mudah diterapkan. Bahan kain yang dapat digunakan antara lain sutra atau katun. Adapun beberapa jenis bagian tanaman yang perlu disiapkan ialah dedaunan seperti daun ketapang, jarak, dan daun jati. Sementara itu, ada bahan penunjang lain, yaitu cairan cuka, tawas, ataupun tunjung.
Mengingat bebas bahan kimia, warna-warna untuk batik yang ingin dicapai bersumber dari ragam daun yang dipakai. Dilansir Antara, daun jati misalnya, bisa mengeluarkan warna merah atau ungu tergantung dari cara memetik daun tersebut. Kemudian warna hijau diperoleh dari jenis daun yang memiliki kandungan klorofil lebih banyak, lalu warna kuning bisa dihasilkan dari jenis daun lanang.
Menarik dan Bernilai Jual
Dengan hasil yang unik dan tak kalah kreatif dari batik tulis, ecoprint mulai menarik minat orang untuk ditekuni jadi peluang usaha. Salah satunya Fitri Mariana di Gresik, Jawa Timur yang melirik ecoprint, menjadi peluang usaha kreatif nan produktif. Semasa pandemi 2020 lalu, Fitri mengembangkan usaha kerajinan ecoprint lantaran bisnis kulinernya mandeg. Dia lalu menjajal ecoprint untuk menghasilkan manfaat ekonomi berbasis usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
“Ecoprint sedang booming dan cara membuatnya juga gampang dan tidak seperti membuat batik,” kata Fitri, seperti dikutip dari Radar Gresik.
Proses membuat ecoprint tidak serumit membatik dengan canting ataupun cap. Sebaliknya, daun-daun terpilih cukup ditempelkan di kain putih. Bagi pengrajin ecoprint yang lain, Didik Edi Susilo, praktik pewarnaan kain hanya memakan waktu setidaknya empat jam. Selanjutnya, tahap penyelesaian dapat berlangsung sekitar empat hari untuk proses oksidasi dengan udara. Dalam sekali produksi menggunakan teknik ecoprint, bisa dihasilkan sedikitnya tiga lembar kain ecoprint.
Dari situ, bentuk hasil karya yang dihasilkan dengan ecoprint bisa diolah lagi menjadi wadah tas, sampul buku, dan baju. Bahkan juga dapat berupa dompet dan sepatu. Didik yang mengembangkan teknik ini di daerah tempat tinggalnya di Kelurahan Kedung Baruk, Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya, Jawa Timur, ini menjelaskan, dalam proses produksi, dia memberdayakan warga sekitar. Sebagian berperan dalam membuat kain, lainnya menjahit. Bahan-bahan alami didapatkan dari lingkungan sekitar tempat tinggal.
”Kalau membuat ecoprint, bahannya mudah didapat. Dari sekitar kampung ini pun banyak,” ujarnya, dilansir Jawa Pos.
Setelah berkembang sejak 2017, usahanya berkibar dengan nama Namira Eco Print. Usaha karya ecoprint Didik sudah merambah ke berbagai kota di dalam dan luar negeri, seperti Amerika Serikat dan Korea Selatan. Tak sedikit desainer melirik kain ecoprint yang diusahakannya, termasuk dalam berbagai ajang pameran fesyen.
Setali tiga uang, produk UMKM berbasis ecoprint lainnya mencari celah untung via fashion show. Jumiko Jacobs, perajin ecoprint di Sentul, Bogor, Jawa Barat yang memakai jenama Miracle Of Leaves menampilkan beragam produknya di beberapa event, antara lain Jakarta Fashion Week 2018, Bali Fashion Week 2022, dan Indonesian Fashion Parade 2022.
“Miracle Of Leaves sudah masuk Uniqlo dan Alibaba. Saat ini sedang menjajaki kerjasama dengan e-commerce Amerta Indo yang base-nya di Texad USA,” ujar Juiko seperti dikutip dari Radar Bogor.
Hmm.., geliat ecoprint sudah makin marak, Sob. Apakah kamu berminat dan pengin menjajal tekniknya juga?