Greta Thunberg, aktivis muda di bidang lingkungan asal Swedia sempat menggemparkan dunia dengan kegigihannya menyelamatkan lingkungan di tahun 2018. Namun, jauh sebelum era Greta Thunberg, rupanya Indonesia telah terlebih dahulu mencetak aktivis muda yang peduli lingkungan. Ia adalah kakak beradik, Melati Wijsen (19), dan Isabel Wijsen (17) yang mempelopori gerakan Bye-Bye Plastic Bags. Saat mendirikan organisasi tersebut, Melati dan Isabel masih berusia 12 dan 10 tahun.
Melalui organisasi ini, kakak beradik asal Bali ini aktif menggerakkan publik agar tidak memakai plastik sekali pakai pada tahun 2013.
“Lahir dan besar di Bali, alam selalu ada di sekitar kami. Ketika kami sadar semua polusi plastik, kami tidak percaya ini sesuatu yang terjadi pada rumah kami. Seseorang harus melakukan sesuatu. Jadi, kami mengambil tindakan dengan memulai BBPB (Bye Bye Plastic Bag) tanpa rencana, hanya karena kami ingin melindungi rumah kami,” papar Melati.
Selain mengkampanyekan stop penggunaan plastik sekali pakai, organisasi ini juga mengedukasi pengolahan sampah, workshop, hingga mengajarkan tentang bahaya sampah plastik di sekolah di seluruh Indonesia.
Kampanye yang diinisiasi oleh kedua bersaudara ini rupanya bukan sekedar omong kosong remaja belaka. Pada tahun 2014, Melati dan Isabel sempat mengajukan surat pada pemerintah agar Pulau Bali menjadi pulau bebas plastik. Respon pengajuan surat tersebut ternyata disambut positif oleh pemerintah setempat. Gubernur Bali, I Wayan Koster akhirnya memberlakukan Peraturan Gubernur No. 97 yang melarang penggunaan plastik sekali pakai di toko-toko di Bali semenjak 1 Januari 2019.
Kedua saudari ini mengakui bahwa perda (peraturan daerah) tersebut merupakan salah satu hasil yang membanggakan atas apa yang dilakukan oleh BBPB selama ini.
Diakui keduanya, ini adalah salah satu buah hasil yang membanggakan atas apa yang dilakukan BBPB selama ini.
“Mereka pikir ini terlalu ekstrem. Tapi, saya dan adik saya tahu bahwa kami harus menunjukkan kepada ‘orang dewasa’ bahwa kami serius tentang perubahan ini,” ujar Melati.
Tak hanya berhasil menggaet pemerintah daerah, dua saudari ini berhasil meraih Penghargaan Bambi di Jerman berkat konsistensinya membangun BBPB. Selain itu, mereka juga sempat diundang di London untuk berbicara di TED Talks, menjadi pembicara PBB di New York saat peringatan World Oceans Day 2017, dan meraih CNN Heroes-Young Wonders Award 2018. Hingga saat ini, Melati dan Isabel sudah berhasil berbicara di hadapan puluhan ribu pemuda di seluruh dunia.
Selain mendirikan BBPB, Melati dan Isabel menginisiasi organisasi lainnya yakni Mountain Mamas. Organisasi ini fokus untuk memberikan wadah sekaligus memberikan pengajaran bagi perempuan yang tinggal di pegunungan Bali untuk membuat tas dari bahan sumbangan dan daur ulang.
“Sistem kerja dari organisasi ini tidak mengikat. Anggota bisa membuat tas sesuai dengan kemampuan setiap harinya. Asal menggunakan bahan sumbangan dan daur ulang,” ujar Melati.
Melati juga memaparkan bahwa 50% dari hasil penjualan Mountain Mamas akan disumbangkan kembali ke desa para ibu-ibu yang ikut bekerja di organisasi tersebut. Nantinya, uang hasil dari penjualan ini akan dialokasikan untuk layanan kesehatan dan peningkatan pendidikan di desa yang mendapatkan sumbangan.
Melalui Melati dan Isabel, kita bisa berkaca bahwa kesadaran untuk bergerak menjadi baik bisa dipupuk sejak dini agar dapat diwariskan ke generasi yang selanjutnya.