Salah satu hewan langka asli Indonesia yang dinyatakan punah oleh organisasi konservasi dunia IUCN, Kura-kura Leher Ular Rote pada Kamis (23/9/2021) dikembalikan ke habitatnya di wilayah Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur.
Hewan dengan nama latin Chelonida mccordi ini dipulangkan dari Singapura ke habitat aslinya guna melestarikan satwa yang telah masuk ke dalam status hewan terancam punah dan sangat dilindungi badan konservasi dunia. Karena keunikannya, Kura-kura Leher Ular Rote menjadi buruan kolektor reptil endemik internasional.
Akibat dari perdagangan tersebut, jumlah populasinya terus menurun drastis bahkan International Union for Conservation of Nature (IUCN) memperkirakan kemungkinan bahwa sebenarnya kura-kura asli Rote ini sudah punah di alam.
Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam NTT, Arief Mahmud sendiri juga mengungkapkan jika pengembangbiakan kura-kura endemik Rote ini terbilang sulit dan sering mengalami hambatan.
Pasalnya, dalam proses reproduksi kura-kura ini harus menunggu usia sampai enam tahun untuk bertelur. Selain itu, pakan yang sehat dan segar sulit ditemukan di habitatnya, yakni di danau-danau Pulau Rote, antara lain Danau Peto, Danau Enduy dan Danau Naluk.
“Danau Peto merupakan habitat asli kura-kura Rote. Meski tidak termasuk dalam kawasan konservasi, danau itu merupakan tempat hidup dari kura-kura tersebut,” jelas Arief Mahmud seperti dikutip Antara.
Sekedar informasi, pada 2005 spesies kura-kura leher ular masuk dalam catatan Apendiks II, sedangkan pada 2013 dinyatakan nol kuota di habitatnya karena perburuan untuk diperjualbelikan.
Saat ini, total ada 26 ekor kura-kura Rote yang tersisa di Singapura dan baru 13 ekor kura-kura yang dipulangkan ke habitatnya, terdiri dari enam jantan dan tujuh betina. Dalam upaya pemulangan hewan langka ini, Balai besar KSDA NTT, bekerja sama dengan beberapa pihak, mulai dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Garuda Indonesia, Dirjen KSDAE, dan lain-lain.