Belakangan ini, beras diet Shirataki sedang marak dikonsumsi oleh kalangan milenial untuk menunjang postur tubuh yang sehat dan ideal. Hal itu menimbulkan tingginya permintaan terhadap beras Shirataki.
Jika beras Shirataki biasanya identik dengan Jepang, kini Indonesia pun sudah bisa memproduksi beras Shirataki dari hasil porang yang diolah di Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Sehingga masyarakat tidak lagi mengandalkan beras dari Jepang tersebut, tapi Beras Porang Shirataki lokal.
Beras Porang Shirataki juga dapat menjadi komoditas andalan ekspor baru yang dipercaya akan membantu meningkatkan devisa besar bagi negara. Pengembangan Beras Porang Shirataki dari Madiun pun akan didorong oleh Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo, hingga nantinya dapat diekspor tidak hanya dalam bentuk mentah tapi juga dalam bentuk olahan.
Menjadi primadona komoditas ekspor di beberapa tahun terakhir, Porang yang menjadi bahan baku beras Shirataki ini biasanya digunakan sebagai beras diet bagi kaum milenial.
Instruksi langsung pun diketahui telah diberikan oleh Presiden Joko Widodo kepada Kementerian Pertanian untuk memberikan perhatian khusus pada komoditas Porang guna dijadikan sebagai komoditas super prioritas. Porang dinilai memiliki potensi besar sebagai produk ekspor yang akan mendatangkan devisa besar bagi negara.
“Presiden meminta porang yang diekspor itu bukan lagi dalam bentuk umbi, tapi harus diproses terlebih dahulu, salah satunya dalam bentuk beras,” katanya.
Porang juga umumnya dapat menjadi bahan campuran dari permen, jeli, es krim, roti, produk kue, pengental sirup dan selai serta menjadi bahan campuran untuk produk kecantikan atau kosmetik selain menjadi beras shirataki.
Sehingga industri porang terus berupaya dikembangkan oleh Kementerian Pertanian dalam skala luas dengan kelembagaan petani yang kuat lengkap dari hulu hingga ke hilir. Karena permintaan ekspor dan pasar negeri baru terpenuhi sebanyak 10 persen maka peluang pasarnya pun cukup besar.