Setelah satu bulan berpuasa di bulan Ramadan, umat Islam merayakan Hari Raya Idulfitri. Di momen perayaan tersebut sebagian besar masyarakat Indonesia melaksanakan tradisi sungkeman. Kira-kira apa makna dari tradisi sungkeman saat lebaran?
Sebelum mengenal lebih jauh tentang tradisi sungkeman, pertama kita perlu ketahui pengertian dari tradisi tersebut. Menurut istilah, sungkeman berasal dari bahasa Jawa artinya “wujud” atau “tanda bakti”.
Dengan tradisi serta budaya tersebut tidak dipungkiri jika masyarakat di Indonesia dikenal sangat menghormati orang yang lebih tua. Awalnya ini merupakan suatu kebiasaan yang diperkenalkan sejak yahun 1930-an pada masa pemerintahan Mangkunegara di Surakarta. Bahkan sungkeman menjadi hal wajib ketika Hari Raya Idulfitri tiba.
Tradisi sungkeman ini biasanya dilakukan hanya pada prosesi adat Jawa dalam konteks pernikahan. Namun, sungkeman pada lebaran ini diartikan sebagai wujud rasa permohonan maaf dan bakti kepada orang tua.
Prosesi sungkeman pada saat lebaran ini dilakukan setelah selesai kegiatan salat Idulfitri. Biasanya prosesi ini dilakukan dengan cara orang yang lebih muda berlutut di hadapan orang yang lebih tua dan mecium tangan sambil mengucapkan permohonan maaf.
Makna Tradisi Sungkeman
Sungkeman merupakan sebuah kebiasaan yang dilakukan ketika setelah salat Idulfitri. Dalam bahasa Jawa, permohonan maaf ini bernama “nyuwun ngapura”. Tahukah kamu, istilah “ngapura” berasal dari bahasa Arab, yakni “ghafura” yang artinya tempat pengampunan. Tujuannya tidak lain sebagai permohonan maaf kepada orang yang lebih tua.
Lantas, apa makna dari tradisi sungkeman saat lebaran?
Sungkeman sendiri memiliki makna yang dalam. Makna dari tradisi ini sebagai bentuk rasa penyesalan dan permintaan maaf dari segala perbuatan buruk yang pernah dilakukan terhadap orang tua atau orang yang lebih tua.
Selain itu, tradisi tersebut bisa juga dimaknai dengan 3 hal berikut, yakni:
Pertama, menurut masyarakat Jawa sungkeman diartikan dengan melatih kerendahan hati. Hal ini terlihat dari posisi tubuh lebih merendah kepada orang yang lebih tua.
Kedua, sungkeman sebagai bukti rasa terima kasih dan syukur seorang anak atau orang yang lebih muda kepada orang tua atau orang yang lebih tua.
Ketiga, sungkeman sebagai salah satu ritual untuk intopeksi diri. Sebagaimana seorang anak sering lupa memperlakukan kedua orang tuanya dengan baik.
Oleh karena itu, keajaiban dari tradisi sungkeman saat lebaran ini biasanya bisa membantu memperbaiki hubungan antara orang tua atau orang yang lebih tua dengan anaknya atau orang yang lebih muda.