Sobat, kamu tahu ‘kan badan investigasi kejahatan asal Amerika Serikat alias Federal Bureau of Investigation FBI? Siapa sangka, kejahatan yang ada di Amerika Serikat belakangan ini berhasil dibantu dientaskan oleh 2 mahasiswa Indonesia yang tengah berkuliah di Universitas Airlangga (UNAIR). Nah, 2 mahasiswa UNAIR diundang FBI ke markasnya untuk jadi pembicara menyoal bagaiamana mereka bantu biro investigasi federal AS tersebut dalam menumpas kejahatan.
Kedua mahasiswa Magister Kajian Ilmu Kepolisian di Sekolah Pascasarjana (S2) Universitas Airlangga (UNAIR) yang diundang FBI Amerika Serikat adalah Eko Mangku Cipto dan Harianto Rantesalu. Lalu, kasus apa ya yang mereka berhasil pecahkan?
Jadi gini, guys, maraknya Covid-19 di Negeri Paman Sam dua tahun ke belakang ini membuat pemerintah Amerika Serikat memberikan dana bantuan Covid-19 kepada warganya. Nah, nahasnya, ada 2 orang scammer asal Indonesia yang memanfaatkan kesempatan ini untuk keuntungan pribadi.
Dua pelaku scammer melakukan aksi pemalsuan website dengan tujuan mendapatkan data pribadi warga negara Amerika Serikat. Setelah mendapatkan data pribadi, scammer tersebut menyalahgunakannya dan menjual data kepada orang lain agar pembeli bisa dapat dana bantuan Covid-19 dari pemerintah AS.
Dana bantuan yang berhasil diraup disebutkan bernilai US$60 juta atau setara Rp875 miliar. Sontak kasus ini sempat menghebohkan masyarakat dan pemerintah di sana pada tahun lalu.
Beruntungnya, pada April 2021 kasus pemalsuan website tersebut berhasil dibongkar oleh Eko Mangku Cipto dan Harianto Rantesalu tentunya juga melibatkan berbagai pihak yaitu FBI sendiri, Polda Jawa Timur dan tim siber Ditreskrimsus (Direktorat Reserse Kriminal Khusus). Kini 2 pelaku disebut telah resmi ditahan oleh pihak Kepolisian.
Karena bantuan tersebut, biro investigasi AS tersebut mengundang Eko dan Harianto ke kantor pusat FBI di Cleveland, Ohio. Saat menjad pembicara, duo tersebut menceritakan bagaimana teknik penyelidikan dan penyidikan terhadap dua tersangka kasus pemalsuan website.
“Kasus yang dalam penanganannya melibatkan dua institusi yaitu FBI (Federal Bureau of Investigation, Red) dan Polda Jawa Timur dengan tim siber Ditreskrimsus (Direktorat Reserse Kriminal Khusus, Red) ini menurut Kapolda Jatim, Nico Afinta mengatakan bahwa data pribadi tersebut digunakan untuk mencairkan dana PUA (Pandemic Unemployment Assistance) atau dana bantuan untuk pengangguran warga negara Amerika senilai USD 2000 setiap satu data orang dan juga untuk dijual lagi seharga USD 100 setiap satu data orang,” ujar Eko, dikutip dari laman Unair, Selasa (11/10/2022).
Selain itu, mereka juga berhasil memperoleh informasi terkait data yang berhasil pelaku dapatkan melalui percakapan WhatsApp dan Telegram berjumlah sekitar 30.000 data.
Wah, keren banget, ya, Sob. Ternyata skill investigasi dan penyelidikan warga +62 udah setara FBI, bahkan sampai ngebantuin mereka. Inspiratif banget!