Melihat kondisi saat ini, Indonesia masih banyak yang menggunakan mobil berbahan bakar dari fosil yang justru mengeluarkan karbon dioksida. Namun, tim dari Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) berhasil menjawab permasalahan tersebut dengan menciptakan sebuah inovasi baru, yaitu alternatif baterai dengan menggunakan limbah tempurung kelapa.
Adapun tim dari mahasiswa yang tergabung dalam penelitian tersebut terdiri dari lima orang, antara lain Aditya Bayu Pratama, Akmal Estu Wijaya, Dyah Nurfitri Solikhah, Erina Azahra Amalia, dan Prisma Ardaneshwari Khairina. Tentunya kelima mahasiswa tersebut tidak terlepas dari dosen pembimbingnya yang ikut serta bernama Bapak Supriyono, S.t., M.T.
Hampir 60% komponen mobil listrik adalah baterai. Sedangkan, saat ini pada mobil listrik sendiri menggunakan baterai lithium ion yang dayanya dapat diisi ulang kembali (rechargeable).
Baterai lithium-ion memang memiliki banyak manfaatnya dalam jangka panjang, serta ramah lingkungan. Akan tetapi kelemahan baterai tersebut adalah harganya yang mahal.
Maka dari itu, mengapa mereka bisa terinspirasi menciptakan alternatif baterai dengan menggunakan limbah tempurung kelapa? Rupanya, hal ini disebabkan karena dari limbah tempurung kelapa (biochar) memiliki luas permukaan dan pori-pori yang bagus sehingga dapat digunakan untuk menggantikan grafit pada anoda baterai lithium.
Disisi lain, menurut Ketua Tim Aditya Bayu Pratama dengan adanya pengganti bahan yang awalnya grafit menjadi biochar tempurung kelapa dapat menurunkan harga baterai lithium-ion.
Hal ini dikarenakan karena harga jenis baterai lithium-ion yang terkenal mahal. Bahkan untuk kapasitas penyimpanan dari tempurung kelapa ini memiliki spesifikasi yang tinngi yakni 372 mAh/g dan mampu menghasilkan energi tinggi senilai 0,1 A/g. Sementara itu, pada pori-pori tempurung kelapa juga memiliki potensi guna meningkatkan kerja baterai lithium.
“Inovasi yang telah kami teliti ini sangat mendukung program Sustainable Low Carbon Development. Hal ini dikarenakan baterai lithium-ion yang sangat disarankan untuk digunakan pada mobil listrik dengan banyak keunggulannya,” ujar Aditya Bayu Pratama.
Selain itu, ia juga mengatakan bahwa inovasi yang diciptakan olehnya dan tim dapat membantu mewujudkan program zero emission di Indonesia selama beberapa tahun ke depan.
Dengan memodifikasi komponen baterai lithium-ion dapat berpotensi meningkatkan kerja pada baterai hingga mampu membuat harga baterai tersebut menjadi lebih ekonomis.
Oleh karena itu, Adit beserta keempat orang dalam tim penelitiannya melakukan uji performa dan simulasi pada baterai sebelum nantinya dipasangkan sebagai komponen anoda baterai mobil listrik lithium-ion.
Mereka berharap penelitian yang ia lakukan bersama timnya dapat memberikan berkontribusi pada Indonesia, terutama dalam masalah optimalisasi penggunaan mobil listrik dan memberikan solusi pada kinerja baterai lithium-ion dalam tahap produksinya.
Tidak hanya itu, ia juga berharap kedepannya bisa turut membantu terutama dalam sektor energi yang terbarukan. Lantaran saat ini di Indonesia sedang menuju peralihan dari sektor energi fosil menjadi energi listrik yang lebih terbarukan.