Lima orang mahasiswa dari Universitas Brawijaya (UB) Malang berhasil mengembiakkan budidaya hewan axolotl. Hewan tersebut merupakan salah satu hewan endemik yang sering digunakan untuk penelitian ilmiah. Pengembangbiakkan ini membuahkan hasil, yakni banyaknya tawaran hewan tersebut untuk diekspor ke Arab Saudi, Malaysia, India, dan China.
Usaha dari kelima orang mahasiswa tersebut diberi nama dengan AQUAXO. Mereka ini yang mengembangkan hewan endemik yang berasal dari Meksiko ini agar bisa beradaptasi dan hidup dengan lingkungan di Indonesia. Hingga kini mereka berhasil membudidayakan hewan tersebut dengan baik. Bahkan dalam sekali produksinya bisa menghasilkan hingga ratusan telur.
Saat ini, permintaan dari pasar domestik atau internasional terhadap terhadap axolotl semakin tinggi. Dari pasar domestik bisa meraup keuntungan sampai Rp9 juta. Sedangkan dari pasar internasional permintaan axolotl untuk diekspor sudah mencapai 1.000 ekor lebih.
Visi dari AQUAXO sendiri adalah untuk dapat melestarikan dan mengembangkan komoditi unik dengan menggunakan teknologi yang mereka rancang dan kembangkan sendiri, yakni dengan water closed loop chiller system.
Sementara itu, kelima mahasiswa UB yang tergabung dalam proyek budidaya hewan axolotl ini terdiri dari Daffa Khairan, Brillian Prastica, Muhammad Setiawan Gusmi, Rere Tara Mahameru dan Ali Akbar. Tentunya dengan bimbingan dari dosen Mochammad Fattah.
Menurut Daffa, axolotl yang dikembangkan oleh AQUAXO ini memiliki daya tahan yang lebih kuat. Hal tersebut disebabkan lantaran hewan tersebut telah beradaptasi baik dengan lingkungan Indonesia.
Ia juga mengatakan bahwa hewan axolotl ini memiliki tubuh yang unik. Dikatakan demikian, karena bentuk tubuh hewan tersebut sekilas menyerupai dengan naga, namun dengan wajah yang tersenyum. Hewan tersebut sering disebut juga dengan Smiling Salamander.
Tidak hanya itu, hewan tersebut jadi sering dijadikan bahan penelitian ilmiah oleh sejumlah peneliti. Hal tersebut dikarenakan axolotl memiliki kemampuan yang unik, yaitu hampir seluruh tubuhnya bisa meregenerasi.
Perlu diketahui, sebelum bisa axolotl bisa beradaptasi dengan lingkungan Indonesia, lanjut Daffa, ia sempat kesulitan untuk membuatnya beradaptasi. Hal tersebut lantaran adanya perbedaan suhu air.
“Hewan endemik Meksiko ini memiliki habitat di danau Xochimilco dengan tinggi 2.240 meter di atas permukaan laut, sehingga memiliki parameter air yang berbeda terlebih pada suhu air,” ujarnya.
Selain itu, untuk merawat axolotl ini, hewan tersebut cukup diletakkan di dalam aquarium kaca dengan menggunakan water chiller yang berguna untuk memanipulasi parameter suhu dan juga cukup memeliharanya di rumah.