Di Indonesia kayaknya nggak bisa gitu satu minggu tanpa berkenalan dengan istilah baru. Dari mulai kidult, curving, burnout, healing, inner child, red flag dan sekarang lagi ngetren di TikTok istilah Lucky Girl Syndrome. Waduh, apaan lagi tuh?
Lucky Girl Syndrome ngetren bermula dari seorang influencer yang bernama Laura Galebe yang menyebutkan bahwa hidupnya dipenuhi banyak keberuntungan setelah menerapkan afirmasi positif berupa “I’m so lucky” atau “Saya sangat beruntung”. Nggak hanya Laura ternyata banyak yang merasakan hal serupa.
@lauragalebe The secret is to assume and believe it before the concrete proof shows up. BE DELUSIONAL. #bedelusional #luckygirlsyndrome #affirmations #lawofassumption #manifestationtiktok #manifestingtok #lawofassumptiontok #manifestation ♬ original sound - Laura Galebe
Sederhananya sih, Lucky Girl Syndrome mengacu pada konsep dimana kita harus percaya pada diri sendiri dan terus memberikan afirmasi bahwa kamu adalah orang yang beruntung, Sehingga pikiran isniya positive thoughts semua, anti pesimis deh.
Sebenarnya mirip dengan teknik law of attraction yang mengubahmu dari yang tadinya mempunyai pola pikir negatif menjadi ke pola pikir yang meski delusional namun positif. Law of Attraction sendiri adalah kepercayaan dimana kamu menarik apapun yang jadi fokus pikiran kamu. Jadi kalau kamu pikir kamu bisa berhasil maka akan berhasil dan kalau berpikir gagal maka jadi gagal beneran.
Afirmasi positif yang terus menerus diucap setiap hari dapat mengubah pola pikir jadi lebih positif. Nggak hanya kata-kata saya selalu beruntung bisa juga kata-kata positif lainnya sesuai kebutuhan atau keinginan saat ini.
Dengan terbentuknya pola pikir positif karena afirmasi yang terus diucap dam diri setiap harinya, maka hal tersebut bisa membantu kamu fokus dengan hal-hal yang ingin dicapai.
Nah, Lucky Girl Syndrome ini juga didukung dengan sains ternyata, dengan afirmasi-afirmasi positif, bisa membantu proses Reticular Activating System (RAS) pada tubuh setiap orang. Nantinya otak akan mencari sinyal-sinyal yang mengarah pada afirmasi tersebut. Sinyal ini akan memandu untuk membuktikan afirmasi yang sebelumnya telah dikatakan pada diri sendiri.
“Jika Anda berulang kali menegaskan bahwa Anda beruntung, Anda cenderung menginvestasikan waktu dan perhatian untuk mengonfirmasi sudut pandang ini, melihat pengalaman netral sebagai positif dan melebih-lebihkan komponen keberuntungan dari pengalaman Anda (sementara juga cenderung mengabaikan atau meminimalkan pengalaman sulit),” ujar Psikolog, Catherine Hallissey.
Boleh Dilakukan | Tak Boleh Dilakukan |
Berbicara Hal Positif | Berbicara Negatif |
Percaya Bahwa Tak Ada Hal yang Mustahil | Pesimis Tak Bisa Mencapai Tujuan |
Mengatakan Afirmasi Positif dengan Lantang di Awal Hari | Bergaul di Lingkungan Sosial yang Buruk |
Buat Pemetaan Usaha yang Akan Dilakukan | Panik dan Menyerah |
Lakukan Upaya Secara Nyata | Merugikan Diri Sendiri dan Orang Lain |
Begitulah sekilas tentang Lucky Girl Syndrome dan darimana istilah itu berasal. Tapi satu yang harus kamu ingat, semua hal afirmasi positif ini nggak akan terjadi begitu saja tanpa upaya yang riil.
Meskipun dapat membantu dengan perasaan positif untuk waktu yang singkat, hal terbesar yang harus diwaspadai adalah ketika hal itu tidak berhasil dan keberuntungan kamu berubah – maka hal itu dapat berdampak sangat negatif pada kepercayaan diri, kesejahteraan, dan produktivitas hingga kesehatan mental dalam jangka panjang.
Pada akhirnya hidup kamu memang tergantung pada dirimu sendiri, tapi jangan berharap semuanya bisa berubah drastis hanya dalam semalam.