Ilmuwan dari Copernicus Atmospheric Monitoring Service (CAMS), baru-baru ini mengungkapkan bahwa lubang ozon di atas Antartika saat ini semakin membesar dan tercatat berukuran tiga kali luas negara Brasil.
Hal ini pun mengakibatkan penipisan lapisan ozon dan membuat cuaca panas ekstrim yang terjadi di belahan Bumi beberapa bulan terakhir. Adapun ukuran lubang ozon saat ini mencapai 26 juta km persegi.
“Lubang ozon mencapai lebih dari 26 juta km persegi pada tanggal 16 September, ini merupakan salah satu lubang ozon terbesar yang pernah tercatat,” jelas Antje Inness, ilmuwan senior di CAMS seperti dikutip Daily Mails, pada Kamis (5/10/2023).
Para ilmuwan sendiri belum mengetahui secara pasti apa penyebab lubang semakin besar. Namun, beberapa peneliti berspekulasi hal tersebut akibat dari letusan gunung berapi bawah laut Tonga pada Januari 2022 lalu.
Antje Inness menjelaskan jika letusan gunung api bawah laut Hunga Tonga banyak menyuntikkan uap air ke stratosfer dan mencapai wilayah kutub selatan.
“Uap air dapat menyebabkan peningkatan pembentukan awan stratosfer kutub, tempat klorofluorokarbon (CFC) dapat bereaksi dan mempercepat penipisan ozon,” tambah Innes.
Sebelumnya, pembesaran lubang tersebut pernah terjadi pada 1991, saat Gunung Pinatubo meletus. Akibatnya, banyak sulfur dioksida keluar yang memperparah penipisan lapisan ozon.
Diketahui, penipisan ozon sendiri bergantung pada suhu yang sangat dingin karena hanya pada suhu minus 78 derajat Celcius jenis awan tertentu, yang disebut awan stratosfer kutub, dapat terbentuk.
Awan dingin tersebut mengandung kristal es yang mengubah bahan kimia inert menjadi senyawa reaktif, sehingga merusak ozon. Penipisan ozon di kutub selatan sendiri pertama kali terlihat pada 1985 dan selama 35 tahun terakhir berbagai upaya telah dilakukan untuk menutup lubang tersebut.
Lalu, apakah lubang ozon bisa kembali membaik?
Para ahli meyakini jika Protokol Montreal yang diperkenalkan tahun 1987 dapat membantu pemulihan lubang tersebut. Namun, sayangnya catatan Copernicus Sentinel-5P Eropa menunjukkan lubang semakin meluas, sehingga tentu saja hal tersebut menjadi pukulan telak bagi ilmuwan.