Indonesia semakin memperbanyak upaya menghasilkan energi baru terbarukan (EBT). Salah satunya daerah Lombok yang baru-baru ini resmikan pabrik CBG (Compressed Biogas) yang mengolah tongkol jagung menjadi salah satu jenis energi baru terbarukan tersebut. Pabrik biogas tersebut tepatnya berada di Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Pabrik yang mengolah sampah pertanian tongkol jagung menjadi biogas ini dibangun oleh PT Kaltimex Energy bekerjasama dengan BUMD NTB dan PT Gerbang NTB Emas (GNE). Pada Kamis (17/8) pabrik tersebut sudah melalui tahap peletakkan batu pertama (groundbreaking) yang menandakan dimulainya pembangunan.
Groundbreaking pabrik CBG di NTB dihadiri oleh Gubernur NTB Zulkieflimansyah dan Wakil Gubernur NTB Sitti Rohmi Djalillah. Dalam acara tersebut, Gubernur Zul menyebutkan Pabrik CBG ini mewakili dua isu penting yaitu industrialisasi dan zero waste.
Kedua hal ini menjadi bagian tak terpisahkan dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Provinsi NTB memiliki target yang ambisius untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 dimana target tersebut diimplementasikan ke dalam 3 program, yaitu Green Tourism, Green Energy dan Green Industry.
“Provinsi NTB memiliki target ambisius untuk mencapai target penurunan emisi sebesar 3 juta ton CO2, karenanya kita harus mulai mengolah limbah kita menjadi bermanfaat seperti tongkol jagung yang jumlahnya melimpah di NTB sehingga memiliki nilai tambah, dalam hal ini diubah menjadi CBG,” ujar Zul.
Yup, limbah pertanian berupa tongkol jagung merupakan potensi besar energi biomassa. Di NTB sendiri limbah tongkol jagung bisa mencapai 180 ribu ton. Ribuan ton tongkol jagung tersebut akan diolah pabrik biogas yang diketahui mampu menghasilkan hingga 10 ton CBG per hari.
Nantinya CBG yang diolah di pabrik ini diharapkan bisa digunakan sebagai substitusi LPG (Liquified Petroleum Gas), yang akan dimanfaatkan oleh industri hotel, restoran dan cafe (HORECA). Tentunya produk CBG ini juga bisa menekan angka impor LPG di Indonesia yang mencapai 6,7 juta ton atau setara 82% dari total volume LPG yang dikonsumsi masyarakat.
Selain menjadi subtitusi LPG untuk industri, upaya Lombok resmikan pabrik biogas diharapkan dapat menurunkan emisi sebesar 5.448 ton CO2 per tahun, menyerap tenaga kerja, meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan, dan menyelesaikan permasalahan sampah.