Logistik Indonesia Memiliki Biaya Tinggi? Ini Penjelasan Ketum ALI

Diharapkan seluruh stakeholder berkolaborasi dan membuat sistem baru yang lebih baik.

Logistik Indonesia

Sumber: storage.googleapis.com

Logistik Indonesia menjadi salah satu faktor penopang distribusi pengiriman barang di Tanah Air. Bagi kamu yang kerap kali mengirim barang ke berbagai daerah di Indonesia pasti pernah merasa harga pengiriman barang atau logistik yang terbilang mahal. Lalu, kenapa hal itu bisa terjadi? Padahal masih di wilayah atau teritorial yang sama, yakni Indonesia. 

Baru-baru ini, Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI), Mahendra Rianto, menjelaskan jika ada beberapa faktor yang mengakibatkan biaya logistik di Indonesia menjadi mahal, salah satunya adalah kondisi geografis. 

Ya, kita ketahui Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri lebih dari 17.000 pulau. Dengan kondisi wilayah yang saling terpisah dan tidak hanya dalam satu pulau tersebut, maka setiap produk atau barang yang dikirim harus melalui proses yang cukup panjang. 

Proses-proses tersebut dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu first mile, middle mile dan last mile. Mengenai tahapan first mile sendiri adalah proses pengirim menyerahkan paket kepada pihak logistik. 

Tahap middle mile yakni proses pemindahan barang dari pusat distribusi menuju ke fasilitas pemenuhan stok di pihak distributor. Sedangkan untuk last mile adalah proses akhir pemindahan barang ke tujuan atau tempat konsumen. 

Tahapan-tahapan inilah yang mengakibatkan pengiriman barang membutuhkan waktu yang cukup lama. Lalu jika di Indonesia, ALI menilai jika biaya logistik di Tanah Air menjadi tinggi bisa dikarenakan tindak premanisme yang masih terjadi di beberapa wilayah. 

“Manufaktur logistik cost paling besar di Makassar dan Medan, karena ada premanisme yang tinggi itu yang ditemukan di lapangan,” ujar Mahendra Rianto seperti dikutip Kontan pada Rabu (18/5/2022). 

Untuk membuat cost lebih rendah, Mahendra mengungkapkan dibutuhkan adanya inovasi pada sektor logistik dan transportasi, salah satunya dengan diterapkan digitalisasi untuk mengontrol biaya logistik. 

Mahendra Rianto juga berharap seluruh stakeholder seperti Kemenhub, Kemenperin, Kemenko Marves, Pelindo, pelabuhan dan pihak-pihak terkait mengenai pengiriman barang dan transportasi perlu berkolaborasi dan melakukan perbaikan sistem. 

Dengan begitu, cost yang dikeluarkan bisa semakin rendah dan para konsumen atau pengirim barang tidak merasa terbebani oleh harga tinggi yang dipatok jasa pengiriman barang. 

Sekedar informasi saja, jika melihat harga pengiriman melalui shipper.id, untuk pengiriman barang dengan berat 1 kg dari Jakarta ke Aceh sebesar Rp54.000 hingga Rp120.000, estimasi waktu 4-10 hari (sesuai dengan jenis layanan yang dipilih). 

Untuk pengiriman barang dengan berat 1 kg dari Jakarta ke Papua dibutuhkan biaya sebesar Rp89.000 hingga Rp150.000, estimasi waktu 5 – 20 hari (sesuai dengan jenis layanan yang dipilih).

Exit mobile version