Logam tanah jarang (LTJ) digadang-gadang sebagai harta karun cadangan mineral terbaru di Indonesia. Diperkirakan jumlahnya mencapai 300 ribu ton. Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Ketua Bidang Mineral Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), Yoseph C.A Swamidharma saat menjelaskan hasil penelitian berbentuk grafik.
Dalam paparannya, Yoseph menyebutkan, meski Indonesia hanya memiliki cadangan sebesar 300 ribu ton, hal tersebut masih akan berpotensi terus bertambah jika dilakukan eksplorasi lebih lanjut.
“Kalau konsentrasinya sendiri, 200 ribu ton ada di Bangka Belitung, sisanya ada di Kalimantan. Ada juga 400 ton di Sulawesi. Seandainya kita mau mulai, kita bisa. Lebih baik di mulai di sana,” tutur Yoseph.
Menurutnya untuk melakukan eksplorasi LTJ perlu melibatkan lembaga-lembaga terkait, salah satunya Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Di samping itu, dia juga mengimbau kepada para ahli geologi untuk memperdalam aktivitas di logam tanah jarang supaya inventori dan neraca dagang cadangan mineral Indonesia makin bertambah.
“Di Indonesia cuma fokus lima mineral, yakni besi, nikel, tembaga, bauksit, dan timah. Jadi logam tanah jarang tertinggal eksplorasinya,” ujar Yoseph.
Padahal menurut Peneliti Ahli Madya Bidang Metalurgi BRIN, Widi Astuti, untuk mengolah logam tanah jarang nggak memerlukan teknologi yang rumit. Dengan mengandalkan sumber daya manusia di Indonesia, sudah sangat mampu untuk mengelola dan memanfaatkan LTJ di dalam negeri.
“Dari awal kami mencoba mengolah dengan proses cukup panjang 32 langkah. Kami juga memotong beberapa langkah dan tidak terlalu sulit. Karena prosesnya hampir mirip antara satu dengan lainnya,” kata Widi.
Bagi Widi, logam tanah jarang merupakan unsur logam yang sangat dibutuhkan demi mendukung program hilirisasi industri yang digagas oleh pemerintah, khususnya untuk mengembangkan baterai kendaraan listrik.
Sejauh ini logam tanah jarang terbesar di dunia masih dipimpin oleh Cina, Sob. Jumlah cadangan LTJ di Negara Tirai Bambu mencapai 44 juta ton. Kemudian disusul oleh Brasil dan Rusia yang memiliki cadangan LTJ mencapai 20 juta ton. Di posisi selanjutnya diduduki oleh Australia yang memiliki cadangan LTJ sekitar 5 juta ton.