Jenis logam baru niobium bernama niobobaotite, ditemukan oleh para ahli geologi China di Bayan Obo, Mongolia, pada 3 Oktober 2023 nih, Sob. Logam langka ini merupakan salah satu jenis bijih terbaik di dunia.
Mengutip South China Morning Post pada Minggu (8/10/2023), niobobaotite memiliki kandungan dari niobium, barium, titanium, besi, dan klorida. Mempunyai warna gelap dan mengkilap, bijih ini terkenal dengan kekuatannya atau disebut dengan bijih superkonduktor.
Para ilmuwan China tersebut juga menjelaskan jika logam langka ini banyak digunakan dalam industri baja. Diketahui, baja yang diproduksi dengan kandungan niobium kurang dari 1 persen akan jauh lebih kuat dan bobotnya lebih ringan, menurut organisasi pemerintah Geoscience Australia.
Tidak hanya itu saja, Royal Society of Chemistry juga menjelaskan jika niobium biasa digunakan dalam pembuatan paduan lain (bahan yang terbuat dari campuran logam) dan dapat ditemukan dalam akselerator partikel dan peralatan ilmiah canggih, karena merupakan superkonduktor pada suhu rendah.
Niobobaotite merupakan jenis bijih baru ke-17 dan menjadi salah satu dari 150 mineral baru yang ditemukan di wilayah Bayan Obo, kota Baotou, Mongolia Dalam. Bisa disebut juga, penemuan ini merupakan ‘rezeki nomplok’ bagi China yang saat ini sedang mengimpor 95 persen niobium.
Atas penemuan tersebut, salah satu profesor teknik elektro dan komputer di National University of Singapore, Antonio H.Castro Neto menjelaskan bahwa jika niobium yang ditemukan China memiliki kualitas yang baik, maka bisa menjadi ‘harta karun’ yang berharga bagi ‘Negeri Tirai Bambu’ tersebut.
“Bergantung pada volume dan kualitas niobium ini, hal (penemuan) ini dapat menjadikan China swasembada (niobium),” ujar Antonio H. Castro Neto.
Saat ini, Amerika Serikat disebut sebagai negara satu-satunya negara yang memiliki tambang niobium, yang dikenal dengan proyek Mineral Kritis Elk Creek berada di Nebraska Selatan.
Permintaan logam dengan kandungan niobium sendiri diprediksi di masa depan akan meningkat. Alasannya, karena para peneliti sedang berupaya mengembangkan baterai niobium-lithium dan niobium-graphene.
Jenis kedua baterai tersebut dapat mengurangi risiko kebakaran bila digunakan bersama dengan lithium, serta mampu mengisi daya lebih cepat dan dapat diisi ulang lebih sering dibandingkan dengan baterai lithium tradisional.
Untuk jenis baterai paduan antara litium dan graphen disebut mampu bertahan sampai 30 tahun. Selain itu, baterai tersebut 10 kali lebih cepat terisi dari lithium-ion. Diperkirakan dapat mengisi penuh dalam waktu kurang lebih 10 menit.