Liga Champions Eropa sedang tegang-tegangnya. Setelah pekan lalu AC Milan dan Chelsea tampil dalam intensi harap-harap cemas, pekan ini menjadi penentuan bagi enam klub Eropa lain untuk mengamankan tiket ke babak perempat final. Wakil Inggris lainnya, Liverpool, bersiap berjuang mati-matian di duel kedua melawan raksasa Spanyol Real Madrid. Akankah Liverpool menanti keajaiban atau mengubur impian?
Kamis (16/3/2023) dini hari waktu Indonesia bagian barat, Mohamed Salah, dkk. akan bertandang ke Stadion Santiago Bernabeu di kota Madrid. Dengan rekor buruk kalah 1–0 dari Bournemouth di liga domestik, Sabtu (12/3/2023) lalu, Liverpool tampak belum berada di atas angin. Terlebih dari rekor pertandingan pertama melawan Real Madrid, mereka mencatat kekalahan 2–5. So, mereka setidaknya harus menang dengan margin empat gol jika ingin lolos ke level perempat final. Mampukah “Si Merah” melakukannya?
Tentu bukan tren Liverpool bila mudah begitu saja menyerah, Sob. Keajaiban demi keajaiban kerap mereka hadirkan di beragam kompetisi antarklub Eropa. Sobat masih ingat nggak, kejutan “Si Merah” di ajang Liga Champions Eropa yang mampu membalikkan keadaan setelah kalah atau tertinggal lebih dulu?
Nah, kami sajikan rangkuman tujuh catatan perjuangan Liverpool untuk “comeback” di sepanjang kompetisi sepak bola benua biru. Siap? Cekidot, Sob!
1. Liverpool versus AC Milan (2005)
Predikat jago comeback layak disematkan di segenap punggawa Liverpool. Final Liga Champions 2005 menjadi momen tak terlupakan karena sekaligus mematri kenangan emas jawara.
Hal ini amat berkesan bagi mantan pemain Liverpool, Xabi Alonso. Seperti dikutip dari Bola, kala itu Liverpool tertinggal dengan skor 0-3 dari AC Milan setelah 45 menit bermain. “Si Merah” diyakini bakal kalah dan dipandang siap mendapat ucapan sekadar terima kasih.
Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Liverpool bangkit di babak kedua, mencetak tiga gol balasan hanya dalam 6 menit. Gol ketiga Liverpool dicetak Alonso dari kotak penalti setelah pelanggaran yang dilakukan pemain Milan. Penalti Alonso bisa ditepis Dida, tetapi dengan respons cepat dia menyambut bola rebound dan berhasil mencetak gol. Liverpool menyamakan kedudukan jadi 3-3, tapi setelah itu laga berjalan panjang bagi mereka.
“Setelah mencetak gol ketiga, kami dalam kondisi bagus, tapi Milan seperti singa yang terluka. Mereka kembali dan jauh lebih berbahaya,” kata Alonso, mengenang.
“Kami harus bertahan mati-matian untuk harapan yang baru kami dapatkan. Sejak gol ketiga itu sampai peluit akhir, pertandingan terasa sangat panjang, dan mereka bisa saja mencetak gol.”
Akhirnya, semua mata tahu dan sejarah mencatat, Steven Gerrard, dkk. menjadi juara lewat adu penalti. Jika di laga kedua nanti mereka kembali tampil habis-habisan, Liverpool dituntut menanti keajaiban baru atau jika tidak, mengubur impian.
2. Liverpool versus Braga (2011)
Pada 2011, Liverpool berhadapan dengan klub Portugal, Sporting Braga, pada babak 16 besar Liga Europa. Di atas kertas, Liverpool memiliki komposisi pemain lebih baik dibanding Braga.
Si Merah kala itu diperkuat oleh pemain berkelas seperti Pepe Reina, Joe Cole, dan Dirk Kuyt sehingga dipercaya mampu keluar sebagai pemenang.
Sayangnya ekspektasi publik Anfield runtuh karena Liverpool malah kalah dengan skor 0-1 pada leg pertama. Kekalahan itu memperkecil harapan bertahan Si Merah di ajang Liga Europa. Di pertemuan kedua, Liverpool menjaga asa dengan memainkan strategi untuk mengejar selisih satu gol. Sepanjang durasi 90 menit permainan, Liverpool tak henti menggulirkan serangan. Namun, tim Sporting Braga mampu kuat menahan dan mematahkan peluang gol mereka.
Seperti dilansir Planet Football, para pemain Liverpool menundukkan kepala seusai hanya mampu bermain imbang dengan hasil skor 0-0. Si Merah gagal melaju ke perempat final.
3. Liverpool versus Zenit St Petersburg (2013)
Pada 2013, Liverpool bentrok dengan Zenit St Petersburg pada ajang Liga Europa. Di pertemuan pertama, Liverpool di bawah asuhan pelatih Brendan Rodgers menelan kekalahan dengan skor 0-2.
Ketertinggalan dua gol membuat kans Liverpool dinilai amat kecil untuk bisa melaju ke babak berikutnya. Bahkan pada leg kedua, klub asal Rusia itu unggul lebih dulu lewat gol yang dicetak Hulk pada menit ke-13.
Namun di pertandingan itu, Si Merah pantang menyerah. Dua gol Luis Suarez mengembuskan harapan. Kemudian Joe Allen menambah pundi gol dan membuat Liverpool keluar sebagai pemenang duel yang berakhir 3-1. Kemenangan ini sempat membuat dag-dig-dug Liverpool, antara menanti keajaiban lagi atau harus mengubur impian. Agregat skor menjadi imbang 3-3, tetapi Liverpool tetap dinyatakan tersingkir lantaran kalah dari agresivitas gol tandang.
4. Liverpool versus Borussia Dortmund (2016)
Babak perempat final Liga Europa 2016 di Stadion Anfield menjadi saksi comeback Liverpool melawan klub Jerman, Borussia Dortmund. Pada laga perempat final leg kedua, Jumat (15/4/2016), Liverpool tertinggal dua gol di babak pertama. Dortmund unggul setelah Henrikh Mkhitaryan dan Pierre-Emerick Aubameyang melesakkan gol cepat. Di babak kedua, Divock Origi yang kala itu masih memperkuat Liverpool memperkecil ketertinggalan. Namun, Dortmund mengungguli lagi lewat gol Marco Reus.
Tertinggal 1-3, Liverpool tak kenal putus asa. Mereka mampu mencetak tiga gol tambahan melalui Philippe Coutinho, Mamadou Sakho, dan Dejan Lovren. Gol Lovren dihasilkan pada masa injury time hingga mengunci kemenangan atas Dortmund dengan skor 4–3. Liverpool berhasil melakukan comeback dan melaju ke semifinal dengan keunggulan agregat 5-4.
5. Liverpool versus Villareal (2016)
Selanjutnya, di babak semifinal Liga Europa 2016, Liverpool mengalami situasi kritis ketika menghadapi klub Spanyol, Villarreal. Pada duel pertama, Si Merah kalah tipis 0-1 setelah gol Adrian Lopez pada menit-menit terakhir.
Spirit membalikkan keadaan mulai menjadi tanda tangan Liverpool dalam kancah kompetisi antarklub Eropa. Tertinggal satu gol bukanlah perkara terlalu sulit, dan Liverpool berhasil membuktikannya. Pada leg kedua yang digelar di Anfield, mereka berhasil menang telak dengan skor 3-0.
Kemenangan Liverpool dibuka oleh gol bunuh diri Bruno Soriano pada menit ke-7. Pemain depan Liverpool Daniel Sturridge menyumbang gol kedua pada menit ke-63. Adam Lallana memastikan langkah Si Merah ke babak final melalui sepakannya di menit ke-81.
6. Liverpool versus Barcelona (2019)
Momen comeback pada Liga Champions 2019 juga takkan pernah terhapus dari ingatan pencinta sepak bola. Sebelumnya, pandangan minor dilontarkan banyak pihak kepada Liverpool setelah mereka kalah di leg pertama semifinal. Melawan Barcelona, Liverpool kalah 0–3. Kans Liverpool melaju ke final dianggap tertutup setelah kekalahan telak itu.
Tetapi keajaiban tercipta pada pertemuan kedua. Liverpool mengalahkan Barcelona dengan skor besar 4–0. Kemenangan diawali gol cepat Divock Origi pada menit ke-7. Liverpool sudah unggul tiga gol saat pertandingan berjalan selama 56 menit berkat dua gol Giorginio Wijnaldum. Origi mencetak gol lagi di menit ke-79 setelah memanfaatkan sepak pojok cepat dan eksentrik dari Trent-Alexander Arnold.
Sempat nyaris tersingkir dan dipandang sebelah mata dibandingkan Barcelona, kemenangan di leg kedua itu mengantarkan Liverpool ke babak final. Piala “kuping lebar” pun berhasil direngkuh dan dibawa ke markas mereka di kota Liverpool. Pilihan Liverpool untuk menanti keajaiban atau mengubur impian terjawab tuntas.
7. Liverpool versus Atletico Madrid (2020)
Jejak comeback ternyata dilalui tim asuhan Juergen Klopp dengan pasang-surut. Pada 2020, Liga Champions mencatat duel Liverpool kontra Atletico Madrid harus dilalui dengan susah payah di fase penyisihan grup.
Liverpool ternyata sulit meladeni keunggulan Atletico. Pada leg pertama, pertandingan berjalan ketat dan sengit. Mereka harus terkejut dan tersenyum kecut berkat gol cepat Saul Niguez di menit ke-4. Hingga peluit di akhir pertandingan, skor 1–0 untuk tuan rumah Atletico.
Sebagai juara bertahan, Liverpool tampak ogah kalah di leg kedua. Liverpool memaksa pertandingan berlanjut hingga ke babak perpanjangan waktu lewat gol tunggal Giorginio Wijnaldum di menit ke-43. Karena agregat skor imbang 1–1, pertandingan dilanjutkan dengan extra time. Gol kedua melalui aksi Roberto Firmino memperbesar keunggulan Si Merah.
Harapan untuk berhasil comeback ternyata terhapus saat pertandingan memasuki menit ke-97. Atletico mengejar, dan Marcos Llorente sukses mencetak dua gol di babak pertama extra time. Gol pemungkas Alvaro Morata lantas mengakhiri impian Si Merah untuk melaju ke perempat final.
Berhasilkah Liverpool?
Nah, dengan tujuh momen terpojokkan seperti di atas, Liverpool tampak mesti lebih mempersiapkan mental dan strategi jelang duel kontra Real Madrid. Jika ingin menjaga asa sebagai juara bertahan, mereka mau tak mau jeli mencari celah kelemahan “Los Blancos”.
Kamis dinihari nanti, mungkinkah Si Merah Liverpool siap menanti keajaiban dan memaksimalkannya atau malah mengubur impian dan berhenti bersaing di liga terbesar Eropa?
Real Madrid jelas bukanlah tim yang mudah untuk dikalahkan. Selain tampil di hadapan fannya sendiri, Madrid menorehkan rekor tak terkalahkan dalam tujuh laga terakhir kontra Liverpool, tepatnya enam kemenangan dan sekali imbang.
Kedua tim akan sengit berebut satu tiket ke babak perempat final. Jika berhasil, salah satu dari mereka akan menyusul AC Milan, Bayern Munchen, Chelsea, Benfica, Inter Milan, dan Manchester City. Menarik ditunggu nih, Sob. Kamu jagoin siapa yang bakal menang?