Belakangan ini masyarakat Indonesia mulai peduli dengan isu lingkungan terutama perihal limbah. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya orang memanfaatkan limbah untuk diolah kembali sehingga memiliki nilai jual. Salah satunya Alan Sahroni, pemuda asal Kampung Cijoged, Desa Cikadu, Kecamatan Cijambe, Subang, Jawa Barat. Dirinya berhasil memanfaatkan limbah daun nanas untuk diolah menjadi kain. Wah, menarik juga inovasinya!
Dalam mengolah limbah daun nanas tersebut, Alan rupanya mengimplementasikan ilmunya sebagai sarjana tekstil lulusan 2013, Sob. Dari latar belakang tersebutlah, pria 30 tahun ini memutuskan untuk mengolah limbah daun nanas menjadi kain yang sebelumnya diekstrak terlebih dahulu dalam bentuk serat benang bernilai tinggi.
“Tadinya kepikiran untuk mengolah buahnya, tapi untuk Kabupaten Subang banyak yang sudah mengolah buah nanas. Karena saya basic-nya di tekstil, sekolah lulusan tekstil, jadi saya mencoba untuk memanfaatkan daun nanasnya atau limbahnya untuk bahan baku tekstil,” ujar Alan.
Kini dari bisnis yang ditekuni, Alan kerap mendapat keuntungan yang melebihi perkiraan. Lebih hebatnya lagi, produk kain dari limbah nanas hasil buatannya telah laku terjual hingga ke berbagai daerah di Indonesia. Setelah puas mendengar bahwa produknya laku di pasar nasional, ternyata produk kain Alan juga telah berhasil diekspor ke sejumlah negara lain, loh. Sejauh ini negara yang menjadi tujuan ekspornya, terdiri dari Jepang, Singapura, Malaysia, hingga ke Jerman.
Lihat postingan ini di Instagram
Lalu bagaimana, ya, proses panjang dari pengolahan limbah daun nanas hingga pada akhirnya jadi kain? Pasti Sobah SJ masih nggak bisa membayangkan, ya, nggak, sih? Jadi, tuh, sebelum berubah menjadi kain, limbah nanas terlebih dahulu melalui sejumlah tahap pengolahan. Pertama, limbah akan diekstraksi menjadi serat dengan menggunakan mesin khusus bernama dekortikator.
Kedua, setelah daun-daun tersebut melalui tahap ekstraksi, maka selanjutnya adalah mencuci hasil ekstrak untuk menghilangkan sisa-sisa daun. Tahap ketiga, ekstraksi limbah daun nanas ini dijemur hingga menjadi kering sambil disisir.
Barang setengah jadi tersebut itulah yang akan diekspor ke berbagai negara di luar negeri. Sementara itu, bila untuk dipasarkan di dalam negeri, ekstrak limbah ini kembali melalui tahap produksi lebih lanjut untuk diolah jadi kerajinan tangan.
Alhasil, dari bisnis pengolahan limbahnya ini, Alan bisa mengolah sampai dengan 300 kilogram hingga memproduksi sekitar 7 kilogram serat kering dalam per hari. Dalam segi omzet, Alan mampu meraup keuntungan hingga Rp30 juta per bulan.
Wah, sangat inspiratif sekali, bukan, Sobat? Jadi, kini semakin banyak masyarakat Indonesia yang aware terhadap limbah dan berlomba-lomba untuk membuat inovasi baru di bidang pengolahan limbah. Termasuk seperti yang dilakukan Alan. Berkat ide kreatifnya dalam pengolahan limbah daun nanas menjadi kain, Alan berhasil membuka lapangan pekerjaan bagi lingkungan sekitar tempat tinggalnya.