Pemerintah Indonesia memang tengah mendorong keberadaan electric vehicle (EV) atau kendaraan listrik di Tanah Air. Tapi, tahu nggak sih, Sob, bahwa faktanya konsumen yang berada di wilayah Asia Pasifik lebih memilih kendaraan hybrid (60 %) daripada kendaraan listrik (40 %).
Fakta tersebut diambil dari hasil survei yang dilakukan Zebra Technologies Corporations (ZTC) untuk keberadaan kendaraan masa depan yang ramah lingkungan. Dalam survei tercatat pula pergeseran preferensi dengan lebih dari setengah konsumen atau sebanyak 53 persen di dunia memilih kendaraan hybrid.
“Menurut penelitian ini, konsumen sedang tertarik dengan masa depan otomotif yang lebih ramah lingkungan dengan preferensi yang lebih besar terhadap kendaraan listrik,” jelas Tan Aik Jin selaku Vertical Solutions Marketing Lead APAC, Zebra Technologies seperti dikutip Antara pada Rabu (1/3/2023).
Survei tentang keinginan konsumen mengenai kendaraan masa depan tersebut dilakukan terhadap 1.336 responden di dunia yang dilakukan sejak Agustus hingga September 2022. Adapun negara-negara Asia Pasific yang diambil dalam survei tersebut berasal dari India, Jepang, China, hingga Korea Selatan. Koresponden yang diambil di wilayah tersebut dinilai sudah mewakili suara konsumen di dunia.
Riset yang dilakukan ZTC mendapati juga bahwa konsumen dari berbagai generasi mendorong produsen otomotif untuk melakukan akselerasi inovasi teknologi. Di mana delapan dari sepuluh koresponden mengatakan prioritas utama mereka dalam menentukan pembelian kendaraan adalah kendaraan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Konsumen juga mendorong penekanan pada personalisasi, yakni kemampuan untuk melakukan kustomisasi kendaraan sesuai keinginan mereka. Hal ini terbukti dari empat dari lima konsumen mengatakan opsi personalisasi adalah faktor pengambilan keputusan konsumen dalam membeli kendaraan.
Sementara 80 persen pengambil keputusan dalam industri otomotif di dunia, 77 persen di Asia Pasifik mengakui konsumen memang berharap ada lebih banyak opsi kendaraan yang bisa dipersonalisasikan saat ini. Namun, pihak produsen sejauh ini sulit untuk mengejar peningkatan permintaan kostumisasi dari para konsumen.
Untuk mengakali hal tersebut, tiga dari empat produsen otomotif di dunia membangun kemitraan dengan perusahaan teknologi untuk produksi generasi selanjutnya.
“Ini menjadi sinyal yang kuat bagi para pengambil keputusan di dunia otomotif, bahwa mereka harus berinvestasi secara proaktif pada teknologi yang tepat, sehingga bisa memformulasikan infrastruktur manufaktur yang lebih kuat, yang bisa melayani tuntutan konsumen yang semakin besar ini dengan lebih baik,” lanjut Tan Aik Jin.
Menurut Sobat Sampai Jauh, kamu lebih pilih kendaraan full listrik atau kendaraan hybrid?