Imbas dari perang Rusia-Ukraina mulai dirasakan dunia. Salah satunya yang terlihat adalah dari melonjaknya harga nikel dunia. Maklum saja, Rusia selama ini sebagai pemasok nikel kelas 1 untuk negara-negara Eropa.
Dan kini dengan negara-negara Eropa kompak memberikan sanksi ke Rusia hingga menolak nikel buatan Rusia maka stok nikel global berkurang dan harganya melonjak drastis.
Diketahui, dari pantauan Bursa Logam London atau London Metal Exchange (LME) persediaan nikel di gudang tinggal 73.585 ton per 13 April. Turun drastis 72% sejak April 2021 atau 28% sejak awal 2022.
Ketika stok berkurang namun permintaan nikel masih sama tingginya, maka sontak hal ini membuat harga nikel dunia melambung tinggi. Melansir dari CNBC Indonesia, pada Kamis (14/4) pukul 16.45 WIB harga nikel dunia tercatat US$33.200/ton, naik 0,66% dibandingkan dengan harga penutupan kemarin.
Terlebih, sekarang LME juga sudah mulai memberlakukan penangguhan pengiriman logam dari Rusia untuk masuk ke Inggris, tak hanya nikel namun juga tembaga aluminium dan timbal. Ditambah juga adanya pemberlakuan 35% bea tambahan pada impor produk-produk Rusia sehingga jadi lebih mahal untuk besi, baja, tembaga, aluminium, perak, timah, dan bijih besi.
Meski sebenarnya banyak anggota LME yang terang-terangan menyerukan larangan logam Rusia untuk masuk ke Inggris, namun pihak LME mengatakan tidak akan melampaui sanksi yang telah ditentukan pemerintah Inggris.
Cuma Negara Ini yang Diuntungkan dari Melonjaknya Harga Nikel
Di tengah kekisruhan naiknya harga nikel imbas tensi geopolitik Rusia-Ukraina, ada satu negara yang mungkin tidak akan ikut ketar-ketir, yaitu Indonesia yang justru bisa menikmati laris manis mineral Tanah Air di pasar global.
Pasalnya, menurut data US Geological Survey, Indonesia tak hanya menjadi produsen nikel terbesar di dunia namun juga menjadi negara dengan cadangan nikel terbanyak di dunia yaitu 72 juta ton Ni. Ini merupakan 52% dari total cadangan nikel dunia yaitu 139.419.000 ton
Sedangkan Rusia hanya memiliki cadangan nikel 7,5 juta ton atau 7,9% dari cadangan nikel dunia, menjadikannya negara dengan cadangan nikel terbesar keempat di dunia. Rusia juga merupakan negara produsen nikel ketiga terbesar di dunia dengan proyeksi produksi 250.000 ton pada 2021, mengacu data US Geological Survey (USGS).
Senyatanya, di tengah kondisi ini, Indonesia mempunyai peluang besar untuk menggantikan Rusia sebagai pemasok nikel kelas 1. Tak hanya ke negara-negara Eropa namun juga pasar global.
Bahkan tak hanya pada komoditas nikel. Barang logam lainnya yang juga naik harga seperti timah dan tembaga juga menguntungkan Indonesia. Bagaimana tidak, negara dengan kekayaan sumber daya alam melimpah ini mempunyai cadangan timah terbesar kedua di dunia dan juga cadangan tembaga sebesar 28 juta ton.
Namun, Indonesia juga tak boleh lupa dengan kebijakan larangan ekspor mentah yang telah dilaksanakan dan terbuai dengan laris manis harga mineral yang sedang melonjak. Baik itu nikel hingga tembaga haruslah diolah menjadi produk turunan dalam negeri terlebih dahulu baru kemudian diekspor agar produk logam bisa memiliki daya saing tinggi dan menguntungkan perekonomian Indonesia kedepannya.