Salah satu perusahaan milik negara yakni PT Pertamina, tercatat telah membukukan kinerja positif untuk periode 2022, nih, Sob. Hal ini diketahui setelah Pertamina mencatatkan laba bersih sebesar US$3,8 miliar atau setara dengan Rp56,6 triliun.
Jumlah laba bersih tersebut meningkat 86% dari laba perusahaan pada 2021. Dengan begitu, PT Pertamina patut “diacungi jempol”. Pasalnya, di tengah kondisi volatilitas harga minyak dan dinamisnya nilai tukar Rupiah, perusahaan minyak dan gas ‘plat merah’ ini terbukti bisa meningkatkan kinerjanya pada 2022, baik secara operasional maupun finansial.
Catatan lainnya, Pertamina Group telah berkontribusi terhadap penerimaan negara mencapai Rp307,2 triliun yang terdiri dari pajak, dividen, PNBP, Minyak Mentah dan/atau Kondensat Bagian Negara, dan signature bonus sepanjang 2022.
Setoran pajak Pertamina kepada negara pada 2022 sendiri diketahui meningkat 88% dibandingkan 2021, yakni sebesar Rp219,06 triliun.
“Pencapaian ini tentu berkat kerja bersama seluruh Perwira Pertamina. Kinerja positif ini juga tentu tidak lepas dari dukungan Pemerintah, khususnya Kementerian Keuangan, Kementerian BUMN, dan Kementerian ESDM,” jelas Nicke Widyawati selaku Direktur Utama PT Pertamina (Persero) melalui keterangan resmi yang diterima pada Selasa (18/4/2023).
Mengenai keberhasilan Pertamina Group meningkatkan kinerja operasional pada 2022 di semua subholding, juga bisa dilihat dari produksi minyak dan gas yang mencapai 967.000 barel setara minyak per hari (MBOEPD) atau tumbuh 8 persen dari 2021.
Lalu pada produksi kilang tumbuh 6% yakni mencapai 313,9 juta BBL, dengan realisasi penjualan produk BBM dan Non-BBM mencapai 97,86 juta KL atau tumbuh 5 persen. Efektivitas pengangkutan muatan kapal pun mencapai 89% atau tumbuh sekitar 3 persen.
Dari sektor produksi listrik atau Geothermal dan new renewable energy lainnya mencapai 4.659 GWh, pemasangan jaringan gas rumah tangga mencapai 254.063 sambungan rumah tangga atau tumbuh 4.760 persen.
Sekadar informasi saja, dalam memitigasi pergerakan nilai kurs yang dinamis, Pertamina secara aktif melakukan transaksi lindung nilai dan penyeimbang akun moneter yang berhasil memitigasi risiko nilai tukar sebesar US$657 juta.
Upaya-upaya untuk menekan biaya bunga atas pinjaman yang meningkat akibat dampak dari fluktuasi Indonesia Crude Price (ICP), Pertamina mengoptimalkan pengelolaan dana secara konsolidasi dan melakukan early repayment saat dana kompensasi yang telah diterima.
Sebagai upaya untuk memitigasi volatilitas harga minyak mentah dunia, perusahaan pun melakukan penghematan melalui lindung nilai komoditas, strategi inventory management yang optimal, serta optimalisasi penggunaan minyak mentah domestik.