Mencoba menggambarkan sebuah kisah kehidupan nyata melalui film, memang kadang menjadi sebuah perdebatan di kalangan masyarakat. Seperti film “Kucumbu Tubuh Indahku” yang disutradarai dan ditulis oleh Garin Nugroho di tahun 2018 ini.
Film yang mengisahkan tentang perjalanan hidup Juno, seorang penari Tari Lengger dan anak yatim yang rapuh lagi lembut hati yang berjuang memecahkan rahasia akan dorongan emosi dan orientasi seksual.
Alur film “Kucumbu Tubuh Indahku”ini dibagi menjadi empat babak, bermula dari masa kecil, remaja, hingga dewasa Juno. Di babak pertama berlatar pada dasawarsa tahun 1980-an, di mana Juno hidup seorang diri tanpa kehadiran orang tua, karena sang ayah menjadi korban pembantaian di tahun 1965.
Di babak kedua, menceritakan kehidupan Juno saat pindah ke rumah bibinya, di mana Juno sering dimarahi sang bibi karena sering memeriksa kesuburan ayam dengan memasukkan jari ke dalam alat kelamin ayam.
Masa remaja Juno diceritakan di babak ketiga, di mana penyimpangan seksual Juno mulai terlihat dengan ia menyukai seorang petinju pria. Di babak terakhir, menceritakan tentang kejayaan Juno menjadi seorang penari Lengger.
“Kucumbu Tubuh Indahku” sendiri merupakan film ke-19 Garin Nugroho yang memakan waktu pembuatan selama dua bulan dan menjadi film tercepat yang ia bikin. Cerita dalam film ini berdasarkan kisah penari Lengger asal Banyumas bernama Rianto yang kini telah menetap di Jepang. Garin Nugroho sendiri kenal Rianto sejak tahun 2015.
Untuk memperkenalkan film “Kucumbu Indah Tubuhku” ke kancah internasional, Garin Nugroho dan Ifa Isfansyah (produser) ternyata melalui perdebatan panjang. Kurang lebih 10 list judul telah dipersiapkan, hingga akhirnya mengerucut kepada judul “Memories of My Body”.
Tahun 2018, film ‘Kucumbu Tubuh Indahku” berhasil ditayangkan di berbagai festival film internasional. Pertama kali, diputar di Festival Film Internasional Venesia ke-75, dilanjutkan dengan Festival Tiga Benua hingga diputar di bioskop Cinema Farnese, Roma selama tiga hari, pada 23-26 Mei 2019.
Sayangnya, di Indonesia film “Kucumbu Tubuh Indahku” sempat mendapat pemboikotan karena dianggap tidak sesuai dengan norma kebudayaan di Indonesia dan dinilai mendukung LGBT. Beberapa kota di Indonesia menolak keras penayangan film ini di bioskop, seperti Depok, Pontianak, Pekanbaru, Palembang, Padang, Garut, dan Kubu Raya.
Meski begitu, film “Kucumbu Tubuh Indahku” berhasil memperoleh penghargaan dari dalam dan luar negeri. Di antaranya Festival Film Tempo 2018, Venice Independent Film Critic 2018, Festival Des 3 Continents 2018, Asia Pacific Screen Awards 2018, dan Festival Film Indonesia 2019.