Modifikasi motor dengan bahan bakar minyak (BBM) menjadi bertenaga listrik saat ini tengah didorong oleh pemerintah selain menggalakkan produksi dan penjualan kendaraan listrik. Selain itu, konversi motor BBM ke tenaga listrik juga telah dilegalkan.
Melalui proyek uji coba, sepanjang tahun ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berhasil memodifikasi 100 kendaraan motor termasuk memastikan legalitasnya untuk diperjualbelikan. Hal itu dikatakan oleh Dadan Kusdiana selaku Dirjen ESDM.
“Prosesnya bisa berjalan sama-sama, kita lakukan modifikasi yang lama, dan penjualan yang baru kita dorong,” kata Dadan pada Kamis (18/11/2021).
Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan dan EBTKE yang berlokasi di Gunung Sindur, Bogor menjadi bengkel resmi konversi untuk proyek uji coba tersebut.
Konversi motor BBM ke tenaga listrik telah dilakukan legalisasi oleh pemerintah sehingga masyarakat sudah dapat memigrasikan mesin motornya dengan merogoh kocek Rp10 hingga Rp11 juta. Hal tersebut ditambahkan oleh Budi Setiyadi Dirjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan.
Namun, perkiraan biaya dari migrasi mesin motor tersebut dikatakan oleh Budi sangat mungkin turun seiring dengan berkembangnya industri baterai kendaraan listrik di dalam negeri.
“Jadi sekarang ini untuk kendaraan konversi sudah dilegaliasasi. Kalau masyarakat ada yang punya motor lama dan ingin diganti ke listrik, tinggal dicopot (mesinnya) lalu diganti,” jelas Budi.
Sayangnya bengkel resmi konversi untuk konversi mesin motor ini keberadaannya masih terbatas. Saat ini bengkel resmi konversi tersebut baru tersebar di Jakarta, Surabaya dan termasuk yang dimiliki Kementerian ESDM.
Sertifikasi registrasi uji tipe (SRUT) pun diketahui oleh Budi sudah diajukan oleh 22 agen pemegang merek (APM) untuk sepeda motor listrik. Diperkirakan jumlah populasi kendaraan listrik motor saat ini sebanyak 11.000 unit.
Peningkatan terus terjadi pada populasi sepeda motor listrik sejak penerbitan Perpres No.55/2019 tentang percepatan program kendaraan listrik berbasis baterai.
“Dari 22 APM itu, ada yang cukup cepat penetrasinya ke pasar, ada juga yang masih coba-coba,” ujarnya.