Di balik keindahan pariwisata dan kemewahan tempat hiburan di Pulau Dewata, Bali ternyata ada sebuah kehidupan di kampung terpencil yang berjalan pelan dan jarang melihat dunia luar. Tempat terpencil tersebut berisikan anak-anak yang membutuhkan perhatian lebih, baik dari kesehatan, ekonomi hingga pendidikan yang layak.
Keseharian anak-anak dan warga di Kabupaten Bangli tersebut harus melewati keseharian yang cukup berat, yakni mencari penghasilan lebih untuk bertahan hidup. Menyedihkannya lagi, anak-anak ini ada yang sampai putus sekolah untuk membantu orang tua mereka mencari tambahan biaya hidup.
Melihat hal tersebut, salah satu salah satu komunitas sosial bernama Komunitas Anak Alam yang didirikan oleh Putu Pande Setiawan tergerak untuk memberikan pendidikan alternatif untuk anak-anak di Kabupaten Bangli,
“Tahun 2006, saya berkunjung ke Belandingan, sebuah desa di atas ketinggian bukit sisi timur laut kaldera Batur. Masih ada anak-anak yang susah untuk melanjutkan sekolah SMP. Hati saya tergerak secara ilmiah. Sebagai anak muda terdidik, saya melihat situasi ini merasa harus berbuat banyak hal dan mereka seharusnya mendapatkan hal yang lebih baik,” jelas Pande seperti dikutip salah satu media swasta terbesar di Indonesia.
Komunitas Anak Alam didirikan usai Pande menyelesaikan pendidikan S2. Saat itu, Pande memilih untuk mendidik anak-anak putus sekolah di desa tersebut dan mengikuti aktivitas keseharian mereka.
Kegiatan Pande pun akhirnya diketahui oleh teman-temannya, kemudian beberapa temannya pun ikut membantu aktivitas yang dilakukan Pande. Hingga akhirnya di tahun 2009 Komunitas Anak Alam hadir untuk menjadi wadah anak-anak untuk mengenal lebih luas tentang pendidikan.
Komunitas ini juga memberikan kesempatan lebih bagi anak-anak untuk mengenal pendidikan non-formal, seperti membuat pantun hingga belajar fotografi. Komunitas Anak Akar juga telah dua program unggulan yaitu program Kakak Asuh Bali yang saat ini telah menyekolahkan lebih dari 300 anak dan program Bali Baca Buku yang telah mengelola lebih dari 12 kelas belajar.
Seiring berjalannya waktu, Komunitas Anak Alam juga telah mendapat dukungan dari berbagai pihak, hingga ada beberapa anak asuhnya yang disekolahkan hingga ke perguruan tinggi. Hebatnya anak didik di Komunitas Anak Alam mampu mengharumkan nama bangsa di kancah internasional.
“Ada yang kuliah di Fakultas Kedokteran, Fakultas Kelautan dan Perikanan dan lain-lain. Ada yang sempat pameran foto di Australia, lomba foto di Amsterdam, dan ada lagi yang bekerja setelah menamatkan setidaknya pendidikan mereka setara SMA/SMK,” lanjut Pande.
Sejak didirikan, Komunitas Anak Alam memiliki misi memberikan kesempatan kepada anak-anak dari kampung-kampung terpencil Bali khususnya desa-desa “Bali aga” di wilayah kaldera Gunung Batur dan pesisir Bali yang lain agar mendapatkan kehidupan yang lebih layak, pengalaman hidup lebih baik, akses terhadap pengetahuan yang selama hidup mereka sedikit memiliki kesempatan untuk menikmati kehidupan secara layak.