Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) dikabarkan telah menemukan inti komet terbesar yang pernah diteliti sejauh ini. Melalui teleskop Hubble diperkirakan diameter komet yang bernama C/2014 UN271 atau Komet Bernardinelli-Bernstein memiliki ukuran sekitar 129 kilometer.
Sebagai ilustrasi betapa besar dan luasnya komet Bernardinelli-Bernstein, komet tersebut setara dengan luas wilayah Jakarta Barat seluas 124,4 km persegi. Bahkan, Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengungkapkan bahwa komet Bernardinelli-Bernstein itu punya inti 50 kali lebih besar dari rata-rata komet.
Ya, komet terbesar ini juga diperkirakan 50 kali lebih besar dari inti komet yang sering ditemukan oleh para peneliti. Komet Bernardinelli-Bernstein ini ditaksir hingga mencapai 500 triliun ton, ratusan ribu kali lebih besar dari komet yang biasa melintas dekat Matahari.
Selain itu, komet ini bisa meluncur 35 ribu kilometer per jam di tepian tata surya. Namun para peneliti menyebut, komet ini tidak akan pernah lebih dekat dari 1,6 miliar kilometer jauhnya dari Matahari.
Diketahui, sebelumnya komet terbesar dipegang oleh Komet C/2002 VQ94 dengan diameter sekitar 96 kilometer. Komet tersebut ditemukan oleh Lincoln Near-Earth Asteroid Research (LINEAR).
“Komet ini benar-benar puncak gunung es bagi ribuan komet yang terlalu redup untuk dilihat di bagian tata surya yang lebih jauh. Kami selalu menduga komet ini pasti besar karena sangat terang pada jarak yang begitu jauh,” ujar David Jewitt seorang Profesor ilmu planet dan astronomi di University of California, Los Angeles.
Komet Bernardinelli-Bernstein ini pertama kali diamati pada November 2010. Saat itu, posisi komet masih berjarak sekitar 4,8 miliar kilometer dari Matahari. Sejak saat itu, para peneliti serius mempelajari secara intensif dengan menggunakan teleskop yang berada di bumi serta luar angkasa.
Dalam mengukur komet, tim NASA pun menjelaskan jika penuh tantangan. Pasalnya, mengukur Komet C/2014 UN271 ini adalah bagaimana membedakan inti padatnya dari koma berdebu besar yang menyelimutinya. Komet ini masih berjarak terlalu jauh untuk nukleusnya dapat dilihat secara visual oleh Hubble.
Diperlukan kurang lebih lima foto untuk dapat mengetahui besarnya komet tersebut. Ditambah lagi tim NASA selalu membandingkan kecerahan nukleus dengan pengamatan radio sebelumnya dari Atacama Large Millimeter/submillimeter Array (ALMA) di Chili. Data gabungan ini membatasi diameter dan pantulan nukleus, sehingga bentuk komet pun terlihat dengan jelas.