Salah satu kota di Jawa Timur, yakni Pasuruan, pernah disebut sebagai Oosthoek artinya daerah kejayaan bagi industri gula. Adapun wilayah yang termasuk Oosthoek, yaitu Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, Jember, Bondowoso, Lumajang, dan Banyuwangi.
Sebutan itu diketahui terjadi sekitar awal abad ke-20, di mana kota-kota tersebut dikenal sebagai kota dengan industri gula yang sangat maju. Menyadur dari p3gi.co.id, industri gula di Pasuruan sudah dimulai sejak masa Kongsi Dagang Hindia Belanda bernama Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) dan berkembang di abad ke-19 Masehi.
Keberhasilan industri gula itu pun tidak lepas dari cara para pedagang dari Tionghoa dalam memberikan harga yang cukup menarik. Sehingga VOC yang di awal kedatangannya di Indonesia untuk fokus berdagang rempah-rempah perlahan mulai tertarik dengan industri gula.
Atas kejadian tersebut mengakibatkan terjadinya peristiwa perang Diponegoro yang mengakibatkan VOC gulung tikar dan digantikan oleh pemerintah Republik Batavia.
“Berawal dari upaya VOC pada permulaan abad ke-19 menyulap daerah Tapal Kuda Jawa Timur yang mereka sebut Oosthoek dan dianggap daerah miskin, menjadi kawasan yang produktif secara ekonomi. Cara yang ditempuh adalah melalui pertanian dan pengolahan tebu,” tulis p3gi.co.id di situs mereka.

Berdasarkan catatan sejarah, industri gula mulai berkembang pesat di tahun 1960. Kala itu, di Pulau Jawa sendiri terdapat 179 pabrik gula. Dengan majunya industri gula di Pulau Jawa, hasilnya pun sampai diekspor ke Eropa. Jauh sebelum itu, tepatnya pada 1637, VOC sendiri telah menghasilkan gula untuk diekspor sebanyak 10 ribu pikul atau setara dengan 625 ribu kilogram gula per tahun.
Sebagai salah satu bukti industri gula sedang maju-majunya di Pasuruan ditandai dengan pengembangan dan pengobatan penyakit tebu bernama Proefstation Oost-Jawa (POJ) di tahun 1887. Kini tempat tersebut telah berubah menjadi gedung P3GI.
Untuk masyarakat setempat menyebutnya dengan Gedung Prop sebagaimana pelafalan nama kantor tersebut secara lokal.
“Berdirinya POJ Pasuruan juga tidak terlepas dari dua hak besar yang pernah merajalela saat itu, yakni penyakit sereh yang melanda hampir seluruh tanaman tebu di dunia dan ancaman perdagangan gula bit, terutama di Eropa. Penyakit sereh membuat tanaman tebu tak punya batang, dari tunggul langsung daun, sama seperti sereh,” tulisnya lagi.