Ternyata nggak hanya Indonesia yang berkomitmen mengelola komoditas mineral kritis dan menjaganya agar tak habis. Pada tahun ini ini dikabarkan bahwa Indonesia–Australia menjalin kerja sama untuk mengelola dan pengolahan mineral kritis yang ada di dua negara.
Kerja sama ini dijalin antara pihak Kamar Dagang dan Industri (KADIN) yang mewakili Indonesia dan Pemerintah Australia Barat. Salah satu mineral kritis yang akan fokus diolah dengan bijak ialah lithium yang merupakan bahan penting untuk membuat baterai kendaraan listrik.
Yup, selain Indonesia yang kaya akan nikel dan sedang membangun industri baterai dan kendaraan listrik, Australia juga merupakan salah satu penghasil lithium terbesar. Lithium, unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Li dan nomor atom 3 sendiri termasuk komponen yang dibutuhkan pembuatan baterai kendaraan listrik.
“Kedua negara memiliki cadangan yang cukup penting untuk produksi baterai dengan potensi saling melengkapi untuk mewujudkan kerja sama yang saling menguntungkan,” tulis keterangan resmi pihak KADIN yang dikutip Sampaijauh.com, Sabtu (8/7).
Sebelumnya, Pihak KADIN dan Pemerintah Australia telah menandatangani nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) untuk menjajaki peluang kemitraan dalam mineral kritis untuk industri baterai dan kendaraan listrik (electric vehicle/EV) pada 21 Februari 2023 lalu sebagai penanda dimulainya kerja sama Indonesia–Australia.
Salah satu implementasi MoU yang akan dijalankan ialah rencana aksi (Plan of Action) pada 2023-2025 guna mewujudkan pengembangan industri baterai EV terintegrasi lewat investasi industri pertambangan dan mineral.
“MoU ini telah membuka pintu yang lebih lebar bagi Indonesia dan Australia dalam mengkapitalisasi inovasi bersama untuk memperkuat posisi di rantai pasok global. Caranya, melalui investasi bersama pada area-area strategis dalam pembangunan ekonomi kedua negara,” ujar Arsjad Rasjid, Ketua Umum Kadin Indonesia.
Kerja sama Indonesia–Australia didahului oleh kesepakatan antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese saat perhelatan KTT G20 di Bali, 2022. Lalu pada 3-4 Juli 2023, Presiden Joko Widodo bersama rombongan, termasuk delegasi Kadin Indonesia bertandang ke Australia untuk membahas potensi pertumbuhan kedua negara.
“Kami mendorong segala upaya untuk menghubungkan lebih banyak bisnis dari berbagai sektor antara Indonesia dan Australia serta perluasan volume perdagangan dan diversifikasi investasi antara kedua negara,” tambah Arsjad.
Diharapkan dengan adanya kerja sama yang terjalin dari kedua negara dapat mengakselerasi sektor pengolahan mineral. Mulai dari hulu di pertambnagan hingga proses produksi di hilir yang dibutuhkan industri kendaraan listrik.