Tepat tanggal 6 Agustus, 78 tahun yang lalu, terjadi tragedi yang sangat menyedihkan yakni hancurnya kota Hiroshima, Jepang. Ya, kehancuran kota yang dikenal memiliki pabrik amunisi terbesar di Jepang (saat itu) serta markas penting Angkatan Darat Jepang yang dipimpin oleh Marsekal Lapangan Shunroku Hata dijatuhkan bom atom oleh tentara Amerika Serikat atas persetujuan Britania Raya yang tertuang dalam Perjanjian Quebec.
Serangan bom atom ke kota Hiroshima saat itu diketahui menewaskan kurang lebih 129.000 jiwa. Dalam aksi ini, tentara Amerika Serikat dan sekutu menghempaskan dua bom atom dan kejadian ini merupakan pengeboman terdahsyat pertama kali yang terjadi dalam sejarah perang dunia.
Adapun pengeboman tersebut dilakukan karena Jepang mengabaikan ultimatum yang dilakukan tentara sekutu (Britania Raya, Cina, dan Amerika Serikat) dalam Deklarasi Postdam pada 26 Juli 1945.
Namun, sebelum pengeboman, salah satu versi sejarah menyebutkan tentara sekutu telah melakukan penyebaran selebaran peringatan pengeboman yang dilakukan pada 1 dan 4 Agustus 1945. Hal ini dituliskan Robert Jay Lifton dalam Death in Life: Survivors of Hiroshima (1991).
Lalu, kenapa Hiroshima menjadi target pengeboman?
Menurut beberapa catatan, alasan Hiroshima menjadi target pengeboman karena di kota ini tidak memiliki industri pesawat (mudah diserang melalui udara), dan menjadi salah satu kota yang sangat strategis serta menjadi pusat industri dan militer terbesar di Jepang. Saat terjadinya serangan, penduduk kota Hiroshima berjumlah kurang lebih 340.000–350.000 jiwa.
Dalam pengeboman tersebut, tentara sekutu atau Amerika Serikat menggunakan beberapa pesawat dengan tugas masing-masing. Mengenai misinya, dikenal dengan Misi Khusus 13. Berikut keterangannya:
– Pesawat Straight Flush dengan pilot Mayor Claude R. Eatherly (kode panggil Dimples 85), tugas misi Pemantauan Cuaca di Hiroshima.
– Pesawat The Great Artiste dengan pilot Mayor Charles W. Sweeney (kode panggil Dimples 89), tugas misi Instrumentasi Pengukuran Ledakan.
– Pesawat Enola Gay dengan pilot Paul W. Tibbets (kode panggil Dimples 82), tugas misi Pengiriman Senjata (pesawat inilah yang membawa bom atom “Little Boy”).
– Pesawat Necessary Evil dengan pilot Kapten George W. Marquardt (kode panggil Dimples 91), tugas misi Pengamatan dan Fotografi Ledakan.
– Pesawat Top Secret dengan pilot Kapten Charles F. McKnight (kode panggil Dimples 72), tugas misi Serangan Cadangan (tidak menyelesaikan misi).
Mengenai waktu pengeboman, tercatat terjadi pada pukul 08:15 waktu Hiroshima. Bom atom “Little Boy” dijatuhkan dari pesawat B-29 Superfortress atau “Enola Gay”. Bom tersebut mengandung uranium-235 seberat 4,4 ton dengan memiliki daya ledak setara 15.000 ton TNT dan dilepas dari ketinggian jelajah 31.000 kaki (9.400 meter).
Setelah diluncurkan, bom tersebut menghancurkan 70 persen atau 47 mil persegi kota Hiroshima. Efek radiasi dari ledakan “Little boy” sendiri mengakibatkan warga yang selamat mengidap leukemia, kanker, luka bakar, hingga berbagai penyakit kronis lainnya.
Bisa dibilang juga, tragedi Hiroshima menjadi langkah awal kehancuran Jepang dalam Perang Dunia II. Meskipun, saat itu Kekaisaran Jepang belum mengumumkan untuk menyerah terhadap sekutu. Tragedi ini pun, menjadi salah satu pemicu pejuang-pejuang Indonesia untuk menyatakan kemerdekaan dari penjajahan Jepang di Bumi Pertiwi.