Para pengusaha makanan dan minuman siap-siap untuk ‘mengencangkan ikat pinggang’ jika terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi. Lantaran, hal tersebut akan memengaruhi kenaikan ongkos logistik industri makanan dan minuman (mamin).
Seperti yang diungkapkan Adhi Lukman selaku Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI), jika terjadi kenaikan harga BBM subsidi akan memengaruhi kenaikan ongkos logistik sebesar 1%-2%.
“Harga BBM itu akan pengaruh paling besar ke ongkos logistik, baik itu di hulunya bahan baku maupun di hilir produk jadinya. Kalau di industrinya sendiri kami sudah terbukti tangguh, karena di industrinya sendiri di manufakturnya itu BBM sudah tidak ada subsidi sudah komersial,” jelas Adhi Lukman, Selasa (30/8/2022).
Saat ini, pengaruh BBM terhadap industri mamin memiliki kontribusi sebesar 50% dari keseluruhan ongkos logistik. Sedangkan sisanya terbagi untuk biaya ongkos supir, tol dan lain sebagainya.
“Rata-rata pengaruh logistik itu distribusi sekitar 4%-8%, tergantung dari nilai barangnya. Semakin mahal semakin kecil persentasenya,” tambahnya.
Selain itu, industri mamin diketahui tidak mudah melakukan perubahan harga jual. Sehingga sampai akhir tahun mendatang, industri ini akan terus mengambil opsi untuk mengurangi margin terlebih dahulu.
Kondisi industri mamin sendiri juga banyak diuntungkan dengan tren harga komoditas yang sudah berangsur turun, tidak seperti yang terjadi pada Maret-Mei 2022 lalu. Melihat hal tersebut, maka diprediksikan kenaikan BBM tidak berpengaruh signifikan terhadap industri mamin Indonesia.