Industri makanan dan minuman diyakini menjadi salah satu yang terdampak dari kenaikan harga BBM Pertalite dan Solar yang resmi diberlakukan pada Minggu (4/9) kemarin. Karena kenaikan BBM, maka ongkos logistik pun akan ikut naik dan tentu saja bisa mengerek harga bahan baku dan pangan untuk produk mamin. Namun, pihak Kemenperin (Kementerian Perindustrian) tetap optimis industri mamin bisa tumbuh 7 persen di tahun ini.
Hal ini diungkap oleh Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika, “Kalau kami sangat optimis. Kami berupaya untuk bagaimana memfasilitasi itu bisa terjadi,” kata Putu di Jakarta, Rabu (7/9/2022).
Alasan mengapa pihak Kemenperin bisa optimis industri mamin bertumbuh pesat di tengah kenaikan BBM adalah karena kegiatan-kegiatan wisata masyarakat yang sudah menggeliat pasca pandemi. Hal ini dinilainya bisa menjadi penggerak kegaitan ekonomi.
“Misalnya wisata ke Bali sudah mulai macet. Hunian hotel sudah tinggi. Apalagi ada event G20. Maka itu, dibutuhkan industri makanan dan minuman,” terang Putu.
Sebelumnya, industri makanan minuman pada kuartal II tahun 20202 tumbuh 3,68%. Hal ini meningkat signifikan secara year-on-year atau periode yang sama di tahun 2021 yang berada di angka 2,95 persen.
Tumbuhnya industri mamin bisa memberikan kontribusi berada 38,88 persen kepada PDB industri non migas dan menjadi subsektor dengan kontribusi PDB kontribusi terbesar di Indonesia. Tak hanya kontribusi ke PDB, ekspor industri mamin juga telah mencapai US$21,3 miliar, meningkat 9 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2021 sebesar US$19,5 miliar.
Pengusaha Mamin: Industri Mamin Belum Kembali Normal
Namun dari sisi pengusaha yang tergabung dalam Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi), melalui Ketua Umum-nya yaitu Adhi S Lukman menyatakan bahwa kinerja industri mamin belum kembali ke kondisi normal meski telah menunjukkan pertumbuhan. Ya, sebelum pandemi industri mamin sudah biasa mencetak pertumbuhan 7-10%.
“Biasanya industri makanan dan minuman tumbuh 7-10 persen. Namun, yang membahagiakan investasi di sektor ini tetap tumbuh,” kata Adhi.
Tak boleh berpuasa diri meski capaian investasi sudah melebihi target yaitu Rp65 triliun dalam setahun, pengusaha industri mamin menyebutkan bahwa subsektor ini tetap membutuhkan dukungan dari semua pihak.
“Khususnya dari industri bahan baku. Keberadaan bahan tambahan pangan sangat penting dalam inovasi dan perkembangan olahan makanan,” ujar Adhi.
Semoga sektor mamin memang bisa beneran bertahan di tengah pemulihan ekonomi dan kenaikan harga BBM. Sobat hemat belum siap kan kalau lauk di warteg andalan kalian jadi naik harga?