Menparekraf, Sandiaga Salahuddin Uno, memaparkan bahwa jumlah makanan terbuang (food waste) per tahunnya bisa merugikan sebanyak Rp551 triliun. Angka ini setara dengan 5% dari Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Akibatnya, Indonesia kehilangan kandungan energi setara 125 juta penduduk Indonesia. Ditambah lagi dengan emisi karbon yang terjadi.
“Kondisi ini merupakan masalah kita bersama, terutama pada sektor industri pariwisata pada hotel dan restoran yang memiliki fasilitas food and beverage,” paparnya, dikutip dari laman Kemenparekraf.
Oleh sebab itu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi menggandeng Surplus Indonesia bersama jaringan hotel Swiss-Bellhotel, Artotel Group, dan Ascott Limited meluncurkan program Sustainable Food Tourism. Program Sustainable Food Tourism ini diadakan untuk mengurangi angka sampah makanan (food waste) di Indonesia.
Sandiaga memaparkan, masalah sampah makanan merupakan ironi di Indonesia. Global Hunger Index 2021 mencatat, tingkat kelaparan di Indonesia berada di posisi ke-3 Asia Tenggara. Sedangkan jumlah sampah makanan di Indonesia sejak tahun 2009 hingga 2019 mencapai 23-48 juta ton per tahun, setara 115-184 kilogram per kapitan per tahun. Jumlah yang nggak sedikit, loh, Sobat.
“Melalui kolaborasi Kemenparekraf bersama Surplus Indonesia dan jaringan hotel diharapkan upaya bersama ini dapat menekan laju food waste dan food loss pada industri perhotelan dan berkomitmen bersama dalam menyelesaikan permasalahan food waste dan food loss,” ujar Sandiaga, dilansir laman Kemenparekraf.
CEO sekaligus founder Surplus Indonesia, Agung Saputra, berharap Sustainable Food Tourism dapat menjadi solusi dari hulu agar makanan layak nggak terbuang sia-sia. Agar nantinya masyarakat Indonesia bisa lebih bijak dalam konsumsi makanan tanpa berlebihan. Paling nggak, dimulai dari jaringan hotel yang terlibat program ini.
Terus, penerapan Sustainable Food Tourism ini seperti apa, sih? Nah, nantinya masyarakat Indonesia dapat menikmati makanan lebih (overstock) dari industri perhotelan dengan membayar setengah dari harga asli makanan itu.
“Target kita di tahun 2023 dapat menyelamatkan lebih dari 100 ton makanan dari industri perhotelan yang dapat mencegah kerugian finansial 5-10 miliar rupiah dan mencegah terjadi lebih dari 1.000 gas CO2 yang dihasilkan dari 100 ton makanan,” papar Agung.
Dengan program ini, masalah food loss atau makanan terbuang sebelum mencapai konsumen, dapat diatasi dari misi mengatasi food waste. Sobat SJ, sudah siap untuk menerapkan Sustainable Food Tourism di Indonesia? Kalau sudah siap, alangkah baiknya, ke depannya kamu juga bisa memulai untuk nggak membuang makanan sembarangan, ya. Kalau bisa, konsumsi makanan dengan cukup, nggak perlu berlebihan, nih. Sebab, banyak orang yang juga membutuhkan makanan, loh, di Indonesia. Jangan sampai bikin food waste, ya!