Dalam rangka memulihkan kegiatan belajar mengajar di Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat, Pemkab Mamuju menggelar kampanye Taki Mi Guru, untuk mengembalikan semangat belajar anak-anak.
Taki Mi Guru telah dilakukan mulai oleh rekan-rekan dari Program Kelompok Kerja Pendidikan (Pokja) Mamuju pada Minggu (14/3/2021). Dengan dimulainya kampanye ini diharapkan anak-anak usia belajar di Mamuju dapat kembali semangat belajar.
Koordinator Bidang Perencanaan dan Program Kelompok Kerja (Pokja) Pendidikan Mamuju, Nandang Cahyono mengungkapkan, sejak diberlakukan belajar daring di masa pandemi ditambah dengan gempa bumi yang terjadi pada Januari 2021, anak-anak usia belajar di Mamuju mulai menurun semangat belajarnya dan keranjingan bermain game online atau membantu orang tua bekerja di kebun atau menangkap ikan di laut.
“Ya ini mengkhawatirkan. Jangan-jangan ini bencana ketiganya. Kalau kita biarkan begitu, anak-anak sudah tidak punya semangat belajar lagi. Mari kita ramai-ramai membuat kegiatan kampanye ‘Taki Mi Guru’ ini,” ujar Nandang Cahyono kepada media online di Indonesia.
Kampanye ‘Taki Mi Guru’ yang memiliki arti “Ayo Kembali Belajar” dalam Bahasa Indonesia ini melibatkan kurang lebih 136 relawan. Mereka bertugas mengajar anak-anak di empat kecamatan yang paling terdampak gempa. Daerah-daerah tersebut antara lain Simboro, Mamuju, Tapalang dan Tapalang Barat.
Dalam kampanye ini, anak-anak diberikan pengajaran yang cukup menyenangkan. Di mana para pengajar meminta para pelajar membuat kelompok-kelompok kecil untuk melakukan berbagai kegiatan.
Meski program belajar ini dilakukan secara tatap muka, tentu saja, dalam pengajaran para relawan menerapkan protokol kesehatan COVID-19 yang ketat. Selain itu, dengan program belajar ini dapat meningkatkan peran orang tua untuk mendampingi anak-anak dalam belajar, termasuk peran masyarakat di desa untuk terlibat dalam pemulihan pendidikan pasca bencana.
Tercatat, dari empat kecamatan yang paling terdampak gempa bumi, bangunan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) mengalami kerusakan sekitar 67 bangunan, 87 Sekolah Dasar dan 6 Sekolah Menengah Pertama di Mamuju.
Sedangkan Save the Children Indonesia menyebutkan sebanyak 600 ribu sekolah tutup, menyebabkan sekitar 60 juta anak harus menjalani pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau belajar dari rumah.