Industri sawit Indonesia sempat tergunjang-ganjing di awal tahun 2022 karena kelangkaan minyak sawit mentah (CPO) yang menyebabkan harga minyak goreng melonjak cukup tinggi. Tentu hal ini menjadi lucu, mengingat Indonesia merupakan salah satu negara yang disebut sebagai “surganya” kebun kelapa sawit. Bahkan kelapa sawit milik Indonesia tak hanya mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri saja, melainkan dapat menjadi eskportir kelapa sawit dan produk turunannya ke pasar dunia.
Sayangnya, kelangkaan minyak sawit mentah tersebut ‘dimanfaatkan’ oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab sehingga membuat harga minyak goreng tinggi. Mirisnya lagi, kelangkaan minyak goreng beberapa waktu lalu tersebut diduga akibat kejahatan yang melibatkan pejabat negara. Fakta ini diperkuat dengan penemuan Kejaksaan Agung yang mengumumkan 4 tersangka mafia minyak goreng di bulan April 2022 lalu. Dari nama-nama para tersangka pun ‘menyeret’ nama Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag). Bahkan Menteri Perdagangan saat itu ikut turut diganti oleh Zulkifli Hasan (Zulhas).
Usai terpilih menjadi Menteri Perdagangan yang baru, Zulhas beberapa waktu lalu mengungkapkan bahwa faktanya separuh kebutuhan kelapa sawit dan produk turunannya untuk pasar dunia dipasok oleh Indonesia.
“Ini menggambarkan posisi strategis Indonesia dalam rantai pasok minyak nabati dunia. Sumbangan industri kelapa sawit bagi perekonomian domestik juga sangat besar,” ujarnya, Selasa (3/8/2022).
Indonesia memang telah lama menjadi eksportir kelapa sawit sejak 2010 dan telah melampaui negara tetangga (Malaysia) yang juga mempunyai sumber daya pohon sawit melimpah. Misalnya pada 2021, sebelum huru-haria mafia minyak goreng ini berlangsung, Indonesia bahkan berhasil mengekspor 26,9 juta ton minyak kelapa sawit dengan nilai mencapai US$28,5 miliar.
Selain itu, nilai ekspor dari industri sawit juga berkontribusi pada rekor surplus tertinggi sepanjang sejarah di April 2022 yang mencapai US$3 miliar.
“Angka ini tidak hanya berimbas positif bagi penerimaan negara dari pungutan ekspor, tetapi juga menyumbang devisa yang menopang stabilitas makro-ekonomi Indonesia,” ujar Mendag Zulhas.
Meski memegang title sebagai ekportir sawit terbesar di dunia, namun hal ini juga harus dipertahankan karena sewaktu-waktu bisa saja di take over oleh negara tetangga. Maka dari itu, Zulhas juga mengungkapkan bahwa pihaknya akan melakukan pembenahan agar tak ada lagi harga minyak goreng tak terkendali dan juga lancarnya ekspor.
“Pemerintah, pelaku usaha, petani, dan rakyat merupakan satu kesatuan yang tidak terpisah. Kita harus saling menguatkan sehingga Indonesia bisa menjadi produsen CPO yang mengendalikan harga dan suplai di dunia,” tandasnya.
Kalau di rumah Sobat, harga minyak goreng sawit sudah kembali normal dan tidak langka, kah?