Bukan hanya Pantai Pangandaran saja yang dikenal memiliki keragaman hayati dan kekayaan laut yang melimpah, namun kekayaan itu juga ada di Pelabuhan Muncar, Banyuwangi. Nah, uniknya terdapat kapal-kapal nelayan yang berjejer dengan sebutan kapal “suami istri” di Pelabuhan Muncar. Kira-kira, kenapa dinamai demikian, ya?
Kapal ini berbeda dengan kapal nelayan lainnya karena memiliki ukiran dan hiasan yang unik. Kapal yang berjejeran di Pelabuhan Muncar dipoles dengan warna mencolok seperti putih, biru, merah, kuning hingga ditambahkan aksesori aneka rupa dan umbul-umbul.
Di bagian atas kapal juga dipasang lukisan berbingkai dengan aneka rupa gambar dari mulai anak kecil, wanita, orang-orang terkenal (public figure) dan para pahlawan. Ada juga singgasana yang disebut dengan “pakesan”.
Selain disebut kapal “suami istri”, kapal ini juga disebut dengan nama slerek. Ukuran kapal slerek biasanya memanjang sekitar 10 meter lebih dan memuat 40-50 awak.
Keunikan lain dari kapal slerek adalah mereka harus melaut bersama. Tugas masing-masing kapal tersebut antara lain menebar jala, sedangkan kapal pasangannya membawa awak kapal serta menampung ikan yang berhasil ditangkap. Bak suami-istri yang selalu bersama kemana-mana.
Kapal yang menjadi suami biasanya bentuknya lebih ramping, berlayar di depan. Di bagian atas kapal juga terdapat tempat duduk nahkoda. Kapal suami berfungsi sebagai pemburu ikan dan nahkoda atau juragan laut memimpin serta menentukan titik dimana jaring ikan dilepaskan.
Sedangkan kapal istri akan membawa sekitar 40 ABK serta menampung hasil tangkapan setelah jala ditarik ke atas.
Warisan Kerajaan Blambangan yang Tersisa
Pelabuhan Muncar diketahui telah ada sejak zaman Kerajaan Blambangan. Ya, Kerajaan Blambangan adalah kerajaan bercorak Hindu terakhir di Pulau Jawa.
Kala itu di tahun 1700-an, Pelabuhan Muncar masih bernama Pelabuhan Teluk Pang Pang. Di sana lah terjadi transaksi perdagangan orang-orang Bugis, Mandar, Melayu, China, Jawa, hingga kongsi dagang Inggris dan Belanda untuk berdagang opium, senjata api, beras dan ternak.
Pelabuhan Muncar merupakan penghasil ikan terbesar di Pulau Jawa saat itu atau nomor dua di Indonesia setelah Pelabuhan Bagansiapiapi. Di sanalah kemudian tumbuh banyak industri mulai dari industri pengolahan ikan, pabrik pengalengan, pabrik tepung dan lainnya. Industri-industri yang tumbuh saat itu pun turut menyemarakkan kegiatan perekonomian di Pelabuhan Muncar.
Namun sayangnya, kini keberadaan kapal slerek atau kapal suami istri yang dulu berjaya di Pelabuhan Muncar mulai tersisih. Bahkan diketahui hanya tinggal 50 pasang. Hal ini mengakibatkan hasil penangkapan ikan di Pelabuhan Muncar juga menurun.